TEMPO.CO, Bandung - Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kelas 1 Bandung, Jadi Hendarmin, mengatakan banjir Sungai Citarum di kawasan Bandung Selatan berpotensi meninggi jika terjadi hujan lebat dengan durasi panjang. “Banjir bisa lebih lama surutnya, dan jika terjadi hujan dengan durasi lama mesti diwaspadai naiknya permukaan air banjir,” kata dia, Senin, 14 Maret 2016.
Jadi mengatakan, banjir di Bandung selatan yang terjadi kemarin disebabkan hujan lebat dengan durasi yang relatif lama. Intensitas hujan di pos pengamatan hujan di Baleendah misalnya hanya mencapai 51,0 milimeter. “Pada waktu kejadian itu hujannya hampir merata di wilayah Bandung,” kata dia.
Menurut Jadi, kendati intensitasnya hujan yang terjadi pada Sabtu, 12 Maret 2016 hanya masuk kategori hujan lebat, terjadi hampir merata di wilayah Bandung dengan durasinya relatif lama. Hujan saat itu terjadi sejak pukul 4 sore hingga 11 malam. “Hujannya cukup panjang dan memang kontinyu, terjadi merata, menyebabkan terakumulasi air. Disamping dranase yang kurang bagus sehingga air masuk semua ke wilayah Citarum menyebabkan daerah Cieunteung, Baleendah dan sekitarnya terendam,” kata dia.
Jadi mengatakan, hujan masih berpeluang terjadi di wilayah Bandung. Esok hari misalnya, hujan berpotensi terjadi dengan intesitas ringan sampai sedang di wilayah utara dan barat Bandugn, semenara di wilayah timur, tengah, dan selatan intensitas hujannya ringan.
Menurut Jadi, saat ini wilayah Bandung Raya tengah memasuki puncak musim hujan. “Puncak hujannya antara bulan Februari-Maret. Dari data setahun lalu dan 30 tahu ke belakang puncak hujan memang terjadi pada bulan Maret, dimana total curah hujannya lebih tinggi,” kata dia.
Jadi mengatakan, selain potensi banjir, warga di seputaran Bandung Raya terutama yang tinggal di sekitaran daerah yang memiliki kemiringan tinggi juga musti mewaspadai longsor. “Wilayah dengan kemiringan lereng patut diwaspadai, dikhawatirkan longsor karena mungkin tanahnya telah jenuh dengan air sehingga daya serapnya sudah berkurang sehingga bisa menyebabkan longsor,” kata dia.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat Haryadi Wargadibrata mengatakan, konsentrasi penanganan bencana banjir Sungai Citarum di Bandung selatan ditujukan pada lima kecamatan. “Kita konsentrasi di lima kecamatan yakni Dayeuhkolot, Bojongsoang, Baleendah, Banjaran, dan Pameungpeuk,” kata dia di Bandung, Senin, 14 Maret 2016.
Haryadi mengatakan, ada tiga posko penanganan pengungsi yang disiapkan untuk membantu pengungsi. Yakni di Dayeuhkolot yang dikelola TNI, Bojongsoang yang dikelola Dinas Sosial, serta di Gedung Inkanas yang dikelola BPBD. “Posko utama di Inkanas,” kata dia.
Menurut Haryadi, BPBD Jawa Barat mencatat jumlah pengungsi menembsu 8.041 orang. Tiga kategorinya, pertama pengungsi yang datang ke posko pada siang hari saja, selanjutnya yang datang hanya malamnya, serta terakhir yang tinggal di pengungsian. “Ini yang mengalami banjir yang merepotkan, misalnya tinggi genangannya sedada,” kata dia.
Badan SAR Nasional melansir terdapat 66 lokasi sebaran pengungsian banjir Sungai Citarum di kawasan Bandung selatan. Jumlah pengungsi korban banjir itu mencapai 15.539 jiwa. Diantaranya terdapat 1.187 balita, 718 lansia, dan 167 ibu hamil. Rincinya di Desa Andir, Kecamatan Baleendah 6.052 jiwa, Desa Baleendah Kecamatan Baleendah 2.507 jiwa, Kecamatan Bojongsoang 2.306 jiwa, serta Kecamatan Dayeuhkolot 4.674 jiwa.
Juru bicara Kantor SAR Bandung, Johua Banjarnahor, mengatakan, warga yang berada di pengungsian membutuhkan sejumlah bantuan. Diantaranya makanan, pakaian ganti, air bersih, obat-obatan untuk diare dan demam, serta selimut kering.
AHMAD FIKRI