TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar sepuluh orang demonstran dari Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) dan Serikat Becak Jakarta ditangkap aparat Kepolisian Sektor Jakarta Pusat saat melakukan aksi di depan pagar Istana Negara, Senin, 14 Maret 2016, sekitar pukul 09.00 WIB.
Koordinator Advokasi Urban Poor Consortium, Gugun Muhammad, menjelaskan para demonstran melakukan aksinya sebagai respons kepada pemerintah karena telah banyak menggusur tempat tinggal rakyat miskin, pedagang kaki lima, dan becak.
Baca Juga:
“Jokowi ketika 2012 dan 2014 setuju akan kontrak politik secara tertulis dengan ketiga organisasi ini, dengan salah satu poinnya adalah penataan kampung-kampung miskin, bukan penggusuran dan perlindungan bagi sektor informal,” ujar Gugun dalam rilisnya kepada Tempo, Senin, 14 Maret 2016.
Baca juga: Unjuk Rasa, Aliansi Tarik Mandat Jokowi-JK Hancurkan Pagar DPR
Gugun menjelaskan, pada pukul 09.00 WIB para pendemo yang hanya sepuluh orang menggunakan jas hujan dan membawa poster bertuliskan berbagai tuntutan. Mereka juga menyanyikan lagu-lagu perjuangan di depan Istana Negara. “Selang tiga menit datang 200-an polisi dan meminta massa membubarkan diri, namun massa tetap bertahan di depan Istana,” ujar Gugun.
Gugun mengatakan demonstran yang menolak menuruti polisi diseret oleh ratusan polisi ke pelataran Monumen Nasional (Monas). Ketika di depan Monas, massa terus menyanyikan lagu-lagu perjuangan tanpa henti guna menuntut hak mereka. “Tidak lama kemudian pasukan polisi menyeret satu per satu massa ke atas truk polisi dan dibawa ke Polres Jakarta Pusat,” ucapnya.
Saat ini demonstran sedang diperiksa di Jakarta Pusat. Mereka didampingi pengacara publik dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta. Hingga berita ini ditulis, belum diketahui apakah setelah diperiksa para demonstran itu akan membubarkan diri atau tidak.
Gugun menegaskan aksi demonstrasi akan dilanjutkan Selasa besok, bahkan hari-hari berikutnya hingga Presiden Jokowi memberikan jadwal bertemu dan memenuhi janji politiknya.
ARIEF HIDAYAT