TEMPO.CO, Bandung - Rektor Universitas Padjadjaran Tri Hanggono Achmad ingin mengabadikan nama Jusuf Sjarif Badudu di kampus Jatinangor, Sumedang. “Akan diusulkan di kampus Fakultas Ilmu Budaya, seperti penamaan gedung. Kami sedang membangun beberapa infrastruktur baru di Jatinangor,” kata Tri seusai prosesi pemakaman J.S. Badudu di Masjid Al Jihad, kampus Universitas Padjadjaran, Jalan Dipati Ukur, Ahad, 13 Maret 2016.
Selain J.S. Badudu, katanya, beberapa nama tokoh akademis dari Unpad juga akan disematkan di gedung-gedung kampus. “Ini bukan hanya sebagai penghargaan saja, tapi lebih pada inspirasi para tokoh seperti J.S. Badudu,” ujarnya. Sebelumnya dari kampus Fakultas Ilmu Budaya, guru besar emeritus Mochamad Tadjudin lulusan sastra Rusia meninggal 23 Februari 2016.
Inspirasi para tokoh pendidikan itu, kata Tri, menjadi pemicu semangat saat ini di tengah tantangan dalam mengembangkan budaya. Bahasa sebagai salah satu kunci budaya, harus terjaga eksistensinya.
Secara pribadi, Tri mengenal J.S. Badudu dari siaran Televisi Republik Indonesia yang hadir lewat acara Pembinaan Bahasa Indonesia. Acara itu disiarkan pada 1977-1979 dan 1985-1986.
Ketika masuk Unpad, Tri melihat sikap, karakter jiwa keguruannya, makin jelas terlihat. “Dari dedikasi beliau yang bukan karena diangkat pemerintah menjadi guru di usia muda, dan dari semula ingin jadi guru IPA menjadi guru bahasa, berkembang dengan luar biasa,” katanya.
J.S. Badudu, kelahiran Gorontalo, 19 Maret 1926, meninggal di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, pada Sabtu, 12 Maret 2016, pukul 22.10 WIB. Dua hari sebelum wafat, ia menjalani rawat inap di rumah sakit karena serangan stroke, penyakit yang dideritanya selama sepuluh tahun ini.
Sejak usia 15 tahun, J.S. Badudu merintis jalan hidupnya sebagai guru hingga pensiun di usia 80 tahun. Beberapa karya besar dari puluhan judul buku karyanya seperti Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994), Kamus Kata-kata Serapan Asing (2003), Pelik-pelik Bahasa Indonesia (1971), Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (1993), Kamus Peribahasa (2008), dan Membina Bahasa Indonesia Baku (1980).
ANWAR SISWADI