TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Daerah Kalimantan Timur memberlakukan pengamanan ekstra ketat, mirip dengan pengamanan presiden dan wakil presiden, selama Musyawarah Daerah IX Partai Golkar Kalimantan Timur di hotel Gran Senyiur, Balikpapan.
“Kami mengerahkan 1.400 personel pengamanan Musyawarah Daerah Golkar Kalimantan Timur ini,” kata Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur Inspektur Jenderal Safaruddin, Sabtu, 12 Maret 2016, pukul 23.00 Wita. Polisi memberlakukan pengamanan berlapis bagi peserta yang menghadiri proses politik menjelang pemilihan Ketua Dewan Pengurus Daerah Partai Golkar Kalimantan Timur.
Kepolisian membagi areal pengamanan dalam tiga ring. Masing-masing ring akan menjadi batas bagi para tamu untuk mengakses areal musda. Dua pendeteksi metal terpasang di dua tempat masuk areal. Mobil baracuda juga terparkir di dekat pintu masuk areal musda. Petugas bersenjata laras panjang memeriksa setiap tanda pengenal khusus Musda Golkar Kalimantan Timur.
Kepolisian menyita 12 senjata tajam berupa parang, celurit, dan badik dari peserta Musda Golkar Kalimantan Timur. Polisi hanya menyita barang senjata tajam ini, lalu melepaskan pemiliknya.
Ketua Pelaksana Tugas Dewan Pengurus Daerah Golkar Kalimantan Timur, Mahyuddin, mengatakan pengamanan musda ekstra ketat karena tensi politik yang tinggi menjelang pemilihan Ketua Golkar Kalimantan Timur. Ada dua kandidat yang maju, yakni Rita Widyasari, Bupati Kutai Kartanegara; dan Said Amin, Ketua Pemuda Pancasila Kalimantan Timur.
Mahyuddin mengaku mendapat informasi pengerahan massa yang dikhawatirkan mengganggu selama musda. “Keduanya memiliki banyak pendukung,” katanya.
Rita yang merupakan anak Syaukani H.R. tak mengomentari kemungkinan pengerahan massa ini. Said Amin enggan berkomentar dan hanya berlalu ketika ditanya wartawan. Mahyuddin berharap kedua pihak menahan diri untuk menjaga keamanan musda. “Kalau bisa pemilihannya musyawarah mufakat, ditentukan saja yang terbaik,” katanya.
S.G. WIBISONO