TEMPO.CO, Banjarmasin - Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalimantan Selatan Muhamad Nursjamsi mengatakan pihaknya telah mengajukan anggaran pencegahan kebakaran lahan sebesar Rp 500 juta. Dana sebanyak itu cuma dibuat untuk mengamankan kebakaran di sekitar Bandara Syamsudin Noor, Kota Banjarbaru.
“Kalau kebakaran seluruh Kalimantan Selatan, kami menyerahkan anggaran pada setiap kabupaten dan kota,” kata Nursjamsi kepada Tempo, Sabtu, 12 Maret 2016.
Itu pun, kata dia, dana baru bisa digunakan mulai Mei atau Juni, menyesuaikan peralihan musim hujan ke kemarau. Namun, jika ditemukan kebakaran lahan di sekitar Bandara Syamsudin Noor sebelum Mei, Nursjamsi mengaku bakal menggunakan dana itu. “Usulan penggunaan dana mulai Mei, tapi bisa berubah tergantung kondisi,” ujarnya.
Meski hujan masih mengguyur Kalimantan Selatan, dia mengakui titik panas (hot spot) sudah bermunculan di beberapa kabupaten langganan penyumbang kebakaran. Menurut Nursjamsi, kebakaran batu bara dan pembuatan arang menjadi pemicu sebaran titik panas.
“Tapi kebakaran lahan dan hutan belum ada. Titik panas sementara akibat batu bara terbakar dan aktivitas pembuatan arang,” tuturnya.
Aparat TNI, BPBD, dan kepolisian, kata dia, telah dikerahkan untuk meninjau titik-titik panas yang tertangkap satelit Terra dan Aqua itu. Dari penelusuran lapangan, tim belum menemukan kebakaran lahan dan hutan. Nursjamsi meyakini titik panas yang terpantau satelit milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) itu berasal dari aktivitas penambangan mineral dan pembakaran arang.
Nursjamsi menuturkan sebaran titik panas terpantau di lumbung-lumbung pertambangan batu bara, seperti Kabupaten Balangan, Tanah Bumbu, dan Kotabaru. Ia menduga sengatan panas matahari memicu terbakarnya batu bara, baik di permukaan maupun di bawah tanah. “Kalau pembuatan arang terpantau di Kabupaten Barito Kuala,” ujarnya.
Kepala BMKG Bandara Syamsudin Noor, Ibnu Sulistyo, membenarkan omongan Nursjamsi. Menurut dia, satelit Terra dan Aqua menemukan 76 titik panas di Kalimantan Selatan, terhitung sejak 1 Januari hingga 12 Maret 2016. Sebaran titik panas ini memiliki tingkat kepercayaan 51-100 persen. “Titik panas tersebar di Tanah Bumbu, Balangan, dan Kotabaru,” katanya.
Menurut Ibnu, panas matahari berpotensi membakar kalori batu bara hingga 4 meter di bawah permukaan tanah. Kemunculan titik panas terbanyak terjadi dari Januari hingga pertengahan Februari. Memasuki Maret, kata dia, kemunculan titik panas masih sedikit seiring dengan tingginya intensitas curah hujan dengan kategori menengah-tinggi. Ibnu memprediksi hujan kategori menengah berlangsung hingga Juni 2016.
DIANANTA P SUMEDI