TEMPO.CO, Klaten – Sebuah papan tulis tergantung di teras sekolah Roudatul Athfal Terpadu (RAT) Amanah Ummah, Dukuh Brengkungan, Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, pada Jumat, 11 Maret 2016.
Goresan kapur putih di papan hitam itu mengumumkan: “Hari ini libur sampai hari Ahad. Hari Senin masuk.”
“Memang ada perintah dari yayasan untuk libur dulu. Sebab, kemarin ada kesalahpahaman dengan pemerintah desa karena sekolah ini dianggap belum berizin,” kata Marso, pemilik rumah yang digunakan untuk sekolah taman kanak-kanak itu. Kamis lalu, sekitar pukul 10.45 WIB, sejumlah anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror mendatangi dan menggeledah rumah Marso.
Selama sekitar dua jam menggeledah rumah Marso, anggota Densus 88 hanya menyita fotokopi KTP dan kartu keluarga milik SY, 33 tahun. SY adalah anak bungsu Marso. Diduga terlibat dalam jaringan teroris, ayah lima anak itu ditangkap di masjid sebelah rumahnya pada Selasa malam lalu. “Kemarin sepeda motor anak saya juga disita hanya karena berpelat nomor B (DKI Jakarta),” kata Marso.
Kakak SY, Sugiyono, mengatakan RAT Amanah Ummah berada di bawah Yayasan Al Husna Klaten. “RAT Amanah Ummah dirintis istri SY (berinisial SR) sejak belasan tahun lalu. Anak saya dulu siswa angkatan pertama dan sekarang sudah kelas 1 SMA,” kata Sugiyono yang juga Ketua RT 11 RW 5 Dukuh Brengkungan.
Ihwal dugaan RAT Amanah Ummah belum berizin, Sugiyono berujar, kesalahpahaman itu muncul karena papan nama sekolah itu belum mencantumkan nomor surat izinnya. “Papan nama itu buatan para santri dari pondok di Boyolali yang belum lama ini Kuliah Kerja Nyata di sini. Mereka terburu buatnya jadi tidak sempat mencantumkan nomor surat izinnya,” ujar Sugiyono.
Menurut Sugiyono, pihak Yayasan Al Husna Klaten akan menunjukkan surat izin RAT Amanah Ummah ke kantor Desa Pogung. Sebelumnya, RAT Amanah Ummah menempati rumah kontrakan yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah Marso.
Karena rumah kontrakan itu akan dijual pemiliknya, RAT Amanah Ummah meminjam ruang depan rumah Marso sejak awal 2016. Berkat sumbangan dari para orang tua siswa, RAT Amanah Ummah telah membeli lahan seluas 300 meter persegi di dekat rumah kontrakan sebelumnya.
Hingga kini, Sugiyono belum mengetahui alasan Densus 88 menangkap adiknya dan menggeledah rumah ayahnya. “Kalau diduga teroris, mana buktinya,” kata Sugiyono. Dia justru mengkhawatirkan penggeledahan rumah Marso menyebabkan warga ketakutan untuk menyekolahkan anaknya di RAT Amanah Ummah.
“Peristiwa kemarin (penggeledahan) tidak ada hubungannya dengan RAT Amanah Ummah,” kata Sugiyono. Dia juga khawatir penggeledahan itu menimbulkan trauma pada para siswa RAT Amanah Ummah. Dari pantauan Tempo, sejumlah siswa menangis ketakutan saat mengetahui sekolahnya kedatangan rombongan polisi berseragam lengkap dengan rompi, helm, dan senjata laras panjang.
DINDA LEO LISTY