INFO NASIONAL - Era internet of things meningkatkan penggunaan akan konten digital, e-commerce, maupun big data. Dalam era ini, data center memiliki peran vital sebagai fasilitas sistem komunikasi dan penyimpanan data.
Data center bukan sistem penyimpanan data biasa. Di fasilitas ini, ditempatkan sekumpulan server dan storage yang memerlukan penanganan khusus -- pengaturan udara, kelembaban, suhu, bahkan sistem keamanan fisik seperti kamera CCTV. Hal itu diperlukan untuk mengamankan risiko yang bisa menyebabkan masalah yang merusak data perusahaan. Bagi sebuah bisnis, data merupakan hal yang amat bernilai.
Baca Juga:
Namun, fasilitas seperti itu membutuhkan pasokan energi cukup besar. Data center bisa menghabiskan sekitar 20 persen dari total keseluruhan konsumsi energi sebuah perusahaan. Di Amerika, pada 2013 data center diperkirakan menghabiskan listrik sebesar 91 miliar kilowatt-jam (kWh). Angka tersebut, sama dengan dua kali kebutuhan energi pada rumah di kota New York. Pada 2020, konsumsi data center diperkirakan bahkan bisa mencapai 140 miliar kWh. Situs nrdc.org, menyatakan, data center merupakan fasilitas yang paling besar dengan pertumbuhan tercepat dalam mengonsumsi listrik.
Konsumsi listrik yang besar, berakibat pada biaya yang juga meningkat. Tak hanya ditinjau dari sisi biaya, pemakaian listrik menjadi penting untuk diperhatikan terutama jika dikaitkan dengan isu lingkungan saat ini. Pemakaian listrik berarti menggunakan cadangan energi bumi dan berdampak pada terjadinya pemanasan global.
Listrik berasal dari energi yang menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara, bahan bakar minyak, atau gas alam. Penggunaan bahan bakar fosil akan melepas gas karbon dioksida ke atmosfer bumi. Gas ini adalah penyebab paling dominan terhadap perubahan iklim bumi, karena menimbulkan efek rumah kaca pada atmosfer yang meningkatkan suhu bumi.
Baca Juga:
Pemanasan bumi menjadi isu yang krusial saat ini. Warga dunia semakin menyadari cara terbaik untuk tetap bisa menggunakan bumi sebagai tempat tinggal yang nyaman adalah dengan melakukan upaya-upaya penyelamatan bumi, menghentikan pemanasan atmosfer, di antaranya dengan menghemat pemakaian listrik.
Salah satu upaya dilakukan oleh perusahaan Schneider Electric. Perusahaan ini melakukan inovasi dengan produk-produk yang dapat menghemat pemakaian listrik, memanfaatkan energi secara optimal, dan menjamin keandalan teknologi. Schneider Electric, misalnya, menciptakan sistem cooling atau pendinginan pada data center dengan hasil efisiensi listrik yang signifikan. Berbagai produk dibuat perusahaan ini dengan mengembangkan sistem otomatis dan monitoring energi. Hasilnya penggunaan listrik dapat ditekan sehingga data center lebih ramah lingkungan.
Hasil pengelolaan energi yang menakjubkan ditunjukkan Schneider di Green Mountain di Norwegia. Inilah data center paling ramah lingkungan di bumi. Fasilitas yang dibangun di dalam perut gunung bekas bunker NATO ini tanpa emisi gas karbon dioksida sama sekali. Green Mountain memperoleh penghargaan sebagai ‘Green Data Center of the Year’ pada 2013.
Apa yang dilakukan Schneider di Green Mountain? Perusahaan ini antara lain membangun sistem pendingin dengan menggunakan air fyord (lelehan gletser) yang dialirkan dengan memanfaatkan gravitasi. Dengan demikian tidak diperlukan energi atau gas pendingin untuk membuat server tetap dalam suhu rendah. Infrastruktur lainnya digerakkan seratus persen oleh tenaga air, sumber daya alam yang terbarukan.
Ingin tahu lebih jauh tentang data center yang ramah lingkungan? Kunjungi acara SolutionsWorld yang diselenggarakan pada Maret hingga Mei 2016 di lima kota besar : Jakarta, Bali, Surabaya, Makassar dan Medan. Selain tentang data center, Anda juga bisa mendapat solusi untuk manajemen energi mulai dari rumah, gedung hingga industri.
Artikel ini dipersembahkan oleh Tempo dan Schneider Electric.