TEMPO.CO, Malang - Pemerintah pusat akhirnya angkat bicara ihwal kondisi jembatan di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Malang, Jawa Timur. Kekhawatiran akan keselamatan pengguna jembatan itu kembali mengemuka terkait konstruksi dan sifat lendutan jembatan dari baja sepanjang 60 meter itu.
Kepala Sub Direktorat Teknik Jembatan, Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Iwan Zarkasi, mengatakan bahwa telah dilakukan uji beban secara statis dan dinamis di jembatan itu. Hasilnya, disimpulkan jembatan Jalan Soekarno-Hatta masih layak dan aman dilintasi kendaraan.
Iwan menerangkan, uji dilakukan menggunakan beban delapan truk berbobot total 160 ton. Kedelapan taruk berhenti sejajar di jembatan dengan bentangan 60 meter itu. Dia menyebut, sejumlah sensor menunjukkan getaran atau lendutan jembatan 2,9 Hertz dalam uji tersebut.
Baca: Hoax Jembatan di Malang Melengkung, Dinas PU Kalang Kabut
"Getaran tersebut masih berada dalam batas ambang toleransi dan uji beban ini bukti kuat jembatan masih aman," katanya usai presentasi di Hotel Atria, Malang, Kamis 9 Maret 2016.
Menurutnya, kondisi jembatan yang dibangun 1988 itu masih aman dilintasi. Apalagi dilakukan perawatan dan pemeliharaan secara rutin. Sedangkan sejumlah jembatan di daerah perbatasan justru dilintasi truk bermuatan batu bara. "Jembatan ini tak ada apa-apanya dibandingkan daerah lain," ujarnya berusaha meyakinkan.
Uji beban tersebut dilakukan setelah ramai beredar foto di media sosial yang menunjukkan jembatan melengkung tidak normal. Foto dan latar belakang hasil penelitian dari Universitas Brawijaya tentang frekuensi dan lendutan dari rangka jembatan itu meresahkan pengguna apalagi lalu lintas di sekitar jembatan tergolong padat.
Peneliti jembatan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Sugeng P. Bagio, menjelaskan penelitian yang dilakukannya pada 2013 memang menemukan lendutan sedalam 10 sentimeter yang dianggap tak wajar dengan umur pakai jembatan itu.
Pada sejumlah sambungannya juga ditemukan permasalahan. Namun dia menambahkan, "Kami melakukan pengujian secara sederhana. Tak melakukan secara menyeluruh."
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur Supaad menjelaskan rata-rata jembatan rangka baja didesain berusia minimal 50 tahun. Struktur jembatan rangka baja juga disebutkannya normal memiliki lendutan dan getaran yang tinggi sSehingga saat melintas dengan kecepatan rendah terasa bergoyang.
"Uji beban secara teknis, laboratorium, digital, dan akademik secara struktur masih layak dilewati sesuai ketentuan," ujarnya.
Namun, Supaad juga menegaskan, tetap diperlukan sejumlah perbaikan seperti mengganti bantalan peredam getaran. Serta menambah alat untuk meredam getaran.
Juga dijanjikannya bakal dilakukan pengecekan secara menyeluruh meliputi sambungan dan keretakan. Supaad menemukan sambungan bermasalah di beberapa dari ribuan baut yang ada. Namun masalah sambungan tak mengurangi kekuatan jembatan.
EKO WIDIANTO