TEMPO.CO, Denpasar - Perayaan Nyepi 1938 Saka tahun ini terasa berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya karena bertepatan dengan fenomena gerhana matahari. Warga muslim di Dusun Wanasari, Desa Dauh Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kampung Jawa melaksanakan salat gerhana di Masjid Baiturrahman pukul 07. 40 wita.
Warga muslim yang akan melaksanakan salat gerhana tidak diperkenankan menggunakan kendaraan, karena umat Hindu di Bali sedang melaksanakan Nyepi. Umat Islam yang menuju masjid didampingi pecalang dan linmas, terutama warga Kampung Jawa dari dua RT di luar kawasan permukiman Kampung Jawa yang berbaur dengan warga Hindu.
Kepala Dusun Wanasari Haji Badrus Syamsi mengatakan, sebelum pelaksanaan salat gerhana, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kepala Desa Dauh Puri Kaja dan kepolisian serta menimbang hasil rapat Forum Komunikasi Antarumat Beragama).
"Kami sudah koordinasi lebih dari satu minggu lalu. Hari ini kira-kira ada 700 warga Dusun Wanasari (Kampung Jawa) yang melaksanakan salat gerhana di Masjid Baiturrahman," kata Badrus Syamsi setelah menjalani salat gerhana di Masjid Baiturrahman, Denpasar, Rabu, 9 Maret 2016.
Ia menjelaskan, seusai salat gerhana, semua warga Kampung Jawa langsung kembali ke rumah masing-masing untuk menghormati warga Hindu yang melaksanakan Nyepi di seputaran Kampung Jawa. "Hubungan kekeluargaan kami sangat harmonis dengan warga Hindu di sini. Jadi, tanpa ada imbauan, semua sudah saling memahami. Salat gerhana juga diisi khotbah, dan kami tidak menggunakan pengeras suara, karena itu bisa mengganggu umat Hindu yang sedang Nyepi," ujarnya.
Menurut dia, aktivitas ibadah umat Islam yang dilaksanakan bersamaan dengan Nyepi juga pernah terjadi sebelumnya, misalnya Nyepi pada 2013 yang jatuh pada Jumat. "Kami bisa melaksanakan salat Jumat berjemaah, dan semua berjalan lancar. Bedanya, kalau salat Jumat waktu itu, jemaahnya lebih sedikit dibanding salat gerhana pada tahun ini," tuturnya.
Ia menambahkan, warga muslim yang ingin melaksanakan salat gerhana diimbau berbusana muslim ketika berangkat dari rumah. "Ya, itu sudah kesepakatan. Yang pria diminta menggunakan peci (kalau bercelana panjang) atau sarung. Intinya, terlihat bahwa mereka keluar rumah untuk melaksanakan salat. Ini untuk mempermudah pendampingan dari pihak pecalang dan linmas yang sedang bertugas," ucapnya.
Haji Badrus mengatakan fenomena gerhana matahari yang melintasi sebagian wilayah Bali patut disyukuri bersama. "Kami bisa menikmati fenomena alam yang langka ini, walaupun tidak total di Bali," ujarnya.
BRAM SETIAWAN