TEMPO.CO, YOGYAKARTA - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan saat peringatan menyambut tahun baru Saka 1938, tepat hari raya Nyepi bertepatan terjadi gerhana matahari total, 9 Maret 2016. Hari Raya Nyepi kali ini sangat istimewa.
"Alampun juga ikut melakukan amati geni," kata Lukman, saat di peringatan Tawur Kesanga menyebut Nyepi 1938 tahun saka, di Lapangan Wisnu, Candi Prambanan, Selasa, 8 Maret 2016.
Nyepi sangat bermakna bagi umat Hindu. Namun tidak hanya umat Hindu saja tetapi semua umat beragama bisa menangkap esensi dari filosofi dan makna Nyepi. Setiap umat perlu introspeksi dan mawas diri lalu merenung apa hakikat sebagai manusia serta yang sudah dilakukan. "Itu sangat baik dalam refleksi dan evaluasi diri," kata dia.
Kaitannya dengan gerhana matahari, umat Hindu mengenal amati geni saat Nyepi. Tidak menyalakan api, juga api angkara murka dan amarah hawa nafsu dan lain-lain. "Ini simbol-simbol alam yang diberikan kepada kita," kata Lukman
Saat Nyepi, umat Hindu melakukan tapabrata. Atau yang dikenal catur brata penyepian. Melalui olah rohani ini, seluruh umat Hindu diajak berkomplentasi tentang hakekat diri dan makna kehidupan.
Catur brata penyepian itu adalah amati lelungan, tidak menuruti keinginan dan menikmati kepuasan untuk bepergian. Lalu amati lelanguan, tidak menuruti keinginan untuk berfoya-foya dan bersenang-senang. Kemudian amati karya, tidak bekerja dengan maksud memfokuskan beribadah kepada Tuhan dan Amati Geni, tidak menyalakan api.
Dalam acara Tawur Kesanga di Prambanan ini, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memberi pesan, hakikat Nyepi adalah menyeimbangkan Bhuana Alit atau alam manusia (microcosmos)dan Bhuana Agung atau alam semesta (macrovosmos) pada fitrah yang sejati. Falsafah Tri Hitam Karana, keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan lingkungannya dan hubungan manusia dengan sesama.
"Keharmonisan terwujud jika setiap kita mau dan mampu melakukan tumungkuling cipto, meneping roso, sepening karso dan menenging karyo," kata Ganjar.
Weing, kata dia, adalah hening yang bukan berarti pasif, tetapi in-aktif sebagai kontemplasi menyadari fitrah manusia sebagai hamba Tuhan. Pasrah bukan berarti sumarah, tetapi etos kerja, saya juang dan memegang teguh nilai spiritualitas agama.
"Dengan semangat Nyepi, kita perbuat tekat dan merawat sangat untuk menyegerakan tindakan bermanfaat. Ibu pertiwi menanti peran konkrit anak-anak negeri," kata Ganjar.
Muh Syaifullah