TEMPO.CO, Jakarta -Menyongsong peristiwa gerhana matahari total 2016 yang melintasi wilayah Indonesia, astronom dari Bandung, Hendro Setyanto, membuat kacamata gerhana matahari berukuran raksasa. Kacamata tersebut kini tengah dipersiapkan rangkaiannya di Pantai Terentang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung. Perangkat itu berukuran 9,6 meter x 60 sentimeter.
Hendro menggagas pembuatan kacamata raksasa tersebut dan melibatkan tim dari Imah Noong, sebuah tempat pengamatan bintang yang dikelolanya di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Berbahan akrilik, kacamata tersebut dipasangi filter sinar matahari pada Sembilan lubang yang masing-masing berukuran 55 x 30 sentimeter persegi. “Kacamata itu sebagai alat pengamatan massal, “katanya saat dihubungi Tempo, Selasa, 8 Maret 2016.
Lulusan S-1 dan S-2 Astronomi dari Institut Teknologi Bandung berusia 42 tahun itu membuat kacamata raksasa tersebut dengan biaya sendiri. Ia kemudian menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah Bangka untuk memasangnya di Pantai Terentang untuk mengamati gerhana matahari total. “Total biaya pembuatan, pengangkutan, dan tim sebanyak tujuh orang sekitar Rp 60 juta,” ujar Hendro.
Pantai Terentang merupakan salah satu pusat pengamatan gerhana matahari total di Indonesia. Pemerintah daerah setempat membagi area pantai untuk lokasi pengamatan umum dan khusus untuk para peneliti astronomi.
Adapun di tempat Imah Noong, Lembang, kata Hendro, tidak ada kegiatan khusus yang mengundang umum untuk pengamatan gerhana matahari parsial di langit Bandung. “Hanya untuk warga sekitar karena tim diangkut ke Bangka.Di sana tidak dibuka untuk umum khawatir pengunjung kecewa,” ujarnya.
ANWAR SISWADI