TEMPO.CO, Sampang--Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang, Jawa Timur, membenarkan Slamet, 40 tahun, warga Desa Gunung Maddah, Kecamatan Kota Sampang meninggal karena terserang virus leptospirosis.
Sebelum meninggal Slamet sempat dirawat inap di ruang ICU Rumah Sakit Umum Sampang sejak Senin, 7 Maret 2016. "Kami kecolongan," kata Kepala Dinas Kesehatan Sampang, Firman Pria Abadi, Selasa, 8 Maret 2016.
Ini bukanlah kasus leptospirosis pertama di Sampang. Pascabanjir pada 2013 lalu, virus yang menyebar lewat air kencing tikus yang terjangkit virus leptospira ini pernah merenggut sembilan korban jiwa.
Menurut Firman pascabanjir besar yang melanda Kota Sampang, pihaknya telah menerjunkan tim kesehatan langsung ke rumah-rumah korban banjir untuk menyebar obat-obatan. Bahkan dibantu tim kesehatan dari Universitas Airlangga Surabaya dan Dinas Kesehatan Sampang sempat melakukan perburuan tikus di daerah endemis leptospirosis.
Daerah endemis leptospirosis di Sampang yaitu Kelurahan Delpenang, Kelurahan Rong Dalem dan Desa Polagan. "Yang mengejutkan, korban Slamet ini bukan warga di daerah endemis," ujar dia.
Agar virus ini tidak menyebar, Firman menambahkan Dinas Kesehatan Sampang akan memperluas daerah pemantauan penyebaran leptospirosis. "Kalau ada keluarganya yang demam, segera memeriksakan diri," harap dia.
Juru Bicara Rumah Sakit Umum Sampang Yulianto mengatakan Slamet meninggal pukul 03.00 Wib pada Selasa dini hari. "Saat dibawa ke rumah sakit, kondisi korban sudah sangat buruk," kata dia.
Sejak dibawa ke rumah sakit pada senin 7 Maret kemarin, Slamet langsung di rawat di ruang ICU agar kondisi stabil. Namun, kata Yulianto, pertolongan medis yang diberikan tak berhasil, kondisi korban terus memburuk sampai meninggal.
Selain Slamet, Sagira, 65 tahun, warga Desa Pandiyangan, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang juga terindikasi terjangkit leptospirosis dan masih mendapat perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Sampang. "Kami awasi khusus," ucap Yulianto.
MUSTHOFA BISRI