TEMPO.CO, Palembang - Sejumlah tokoh agama di Sumatera Selatan meminta panitia penyelenggara festival gerhana matahari total membatalkan rencana pagelaran budaya yang bertentangan dengan ajaran agama dan budaya sebagian besar warga setempat.
Novrizal Nawawi, wakil ketua Dewan pimpinan wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan, mengatakan festival ruwatan bumi, ogoh-ogoh, dan mitos-mitos lainnya sangat bertentangan dengan ajaran Islam.
"Kami tidak menyarankan acara seperti itu diadakan karena jauh dari cara memaknai yang tepat," kata Novrizal, Selasa, 8 Maret 2016.
Menurut dia, Muhammadiyah hanya menyarankan pemerintah dan warga untuk melaksanakan salat gerhana, mendengarkan khotbah dan mengkaji fenomena alam gerhana matahari dengan kajian ilmiah. Terkait dengan itu, besok sejumlah masjid besar dan fasilitas pendidikan Muhammadiyah menggelar salat gerhana. "Salat gerhana berlangsung di kampus UMP, bukit kecil dan tandus," ujar Novrizal.
Dia menambahkan, pagelaran budaya harus dikemas secara hati-hati dan melibatkan alim ulama. Karena dikhawatirkan perayaan tersebut justru menimbulkan salah pengertian di kalangan warga Palembang dan Sumatera Selatan secara umum. "Jangan sampai adanya gerhana kita justru terjebak dengan hal-hal di luar akal sehat."
Sementara itu ketua panitia festival GMT, Ahmad Najib, memastikan pihaknya tidak akan memasukkan acara Ruwatan Bumi Sriwijaya dan festival ogoh-ogoh ke dalam rangkaian acara festival.
Menurut Najib, kemeriahan festival dimulai hari ini dengan penampilan rebana, kirab budaya, dan syarofal anam. Selanjutnya, sore hingga malam hari akan ditampilkan pagelaran Glowing Nite Run. "Tengah malam jembatan Ampera akan ditutup hingga acara selesai," ujarnya.
PARLIZA HENDRAWAN