TEMPO.CO, Padang - Puluhan siswa Sekolah Alam Minangkabau di Kota Padang, Sumatera Barat, membuat alat pengamatan gerhana matahari total. Alat itu dibuat menggunakan barang-barang bekas.
"Namanya pinhole camera atau dikenal dengan sebutan kamera lubang jarum," ujar fasilitator Sekolah Alam Minangkabau, Aldino Adry Baskoro, Senin, 7 Maret 2016.
Aldino berujar, siswa harus diajak bereksperimen membuat alat peraga sains untuk mengamati kejadian fenomena alam itu secara langsung. Sebab, mereka mempelajari teori gerhana matahari di sekolah.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pinhole camera adalah kardus bekas besar, kotak susu, push pin atau jarum, kaleng minuman bekas, isolasi, dan kertas putih. Selanjutnya, gunting dan cutter. "Potong aluminium foil dari kaleng minuman itu menjadi berbentuk persegi," ujar peneliti di komunitas Langit Selatan tersebut.
Menurut dia, aluminium yang digunakan hanya seukuran lubang jarum. Karenanya, satu kaleng minuman dapat digunakan untuk beberapa kamera lubang paku. Kemudian, tempelkan lembaran aluminium foil di bagian tengah karton bekas kotak susu, yang telah digunting, hingga bagian tengah yang dipotong tertutup. Lembaran aluminium foil itu ditempel menggunakan selotip.
"Lubangi bagian tengah aluminium menggunakan push pin atau jarum," ujarnya. Lalu, kata Aldino, tempelkan kertas putih ke salah satu bagian dalam kardus bekas. Kertas ini fungsinya sebagai layar untuk mengamati proyeksi matahari.
Lubangi kardus, dengan ukuran lebih kecil, dari karton beraluminium foil. Bagian yang dilubangi adalah bagian kardus yang berhadapan dengan layar putih. Tempelkan karton beraluminium menggunakan selotip agar menutup semua lubang yang dibuat di sisi kardus. "Pastikan lubang pada aluminium foil tidak tertutup kardus," ujarnya.
Menurut Aldino, ada dua model kamera lubang jarum. Pertama dengan menutup kardus, mengisolasinya, dan membuat lubang pengamat di bagian samping kamers lubang paku. Kedua dengan membuat lubang untuk memasukkan kepala.
Model ini dibuat menggunakan kardus berukuran cukup besar. Dibutuhkan dua buah kardus untuk metode ini. Sisi kardus berfungsi sebagai penutup. Sedangkan kardus yang telah dilubangi dibuka dan pada sisinya diisolasi. Kardus akan terlihat seperti sebuah kotak yang tidak memiliki penutup.
Cara menggunakannya, menurut dia, arahkan bagian aluminium yang berlubang searah dengan datangnya sinar matahari. Atur lah posisi datangnya sinar dengan mengubah posisi kardus sehingga proteksi matahari dapat terlihat di layar dengan bentukan bulatan cahaya berwarna putih.
"Pada saat gerhana matahari terjadi, bulatan putih matahari yang terlihat pada layar akan tertutup oleh bulan secara bertahap," ujar alumni jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung ini.
Menurut dia, siswa Sekolah Alam Minangkabau akan menggunakan alat itu saat menyaksikan gerhana matahari di Kota Padang. Kota ini akan dilewati gerhana matahari 95 persen.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Geofisika Padang Panjang Rahmat Triyono mengatakan gerhana matahari total hanya terjadi di dua kabupaten di Sumatera Barat, yaitu di Silaut Pesisir Selatan dan Pagai Utara Kabupaten Mentawai.
"Di kabupaten dan kota lain tidak total. Misalnya di Kota Padang hanya mencapai 94-97 persen, Kota Bukittinggi 91-94 persen, dan Kabupaten Tanah Datar 94-97 persen," ujarnya.
ANDRI EL FARUQI