TEMPO.CO, Jakarta - Kegiatan BelokKiri Fest digelar dua hari di gedung Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Jalan Pangeran Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, pada Sabtu dan Minggu, 5-6 Maret 2016.
Acara pembukaan dimulai pukul 10.00 WIB. "Hari ini agenda Belok Kiri ada tiga, yaitu dua diskusi dan workshop," kata panitia acara, Bilven, di LBH, Sabtu, 5 Maret 2016. Diskusi sesi pertama bertema “Menyoal Orde Baru”.
Pembicara diskusi, di antaranya dosen jurusan sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Yerry Wirawan; mantan koordinator Kontras Usman Hamid; dan Ketua Senat Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta Dolorosa Sinaga.
Diskusi membahas tentang propaganda, kejahatan, dan perbuatan-perbuatan di Orde Baru. "Semua persoalan Orde Baru," kata Bilven.
Sementara itu, workshop mengangkat tema "Gambar adalah Senjata". "Isinya pencerahan bahwa gambar atau grafis bisa menjadi alat untuk menyampaikan sesuatu," ujar Bilven. Workshop ini juga sejalan dengan peluncuran buku di acara ini, judulnya Sejarah Gerakan Kiri untuk Pemula. Buku ini berisi teks dan grafis.
Bilven menjelaskan, festival ini hendak membuka kesadaran masyarakat bahwa pengaruh Orde Baru masih tersisa sampai hari ini. "Terutama propaganda Orde Baru," katanya.
Salah satu contoh propaganda itu, kata dia, adalah dilarangnya pembukaan acara BelokKiri.Fest di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, Sabtu, 27 Februari 2016. Sehingga acara ini ditunda dan panitia memutuskan acara berpindah ke LBH. "Banyak elemen masyarakat yang pikirannya masih dipengaruhi Orde Baru," tuturnya.
REZKI ALVIONITASARI