TEMPO.CO, Bojonegoro - Petani di pinggir Sungai Bengawan Solo di Kabupaten Tuban dan Lamongan meminta Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, datang ke lokasi sawah yang terendam banjir. Sawah produktif luas sekitar 1.700 hektare di Tuban, tidak bisa ditanamai akibat terendam banjir antara dua hingga tiga bulan.
Sesuai jadwal, Menteri Andi Amran Sulaiman akan datang ke Kabupaten Lamongan, Tuban dan Bojonegoro pada Sabtu 5 Maret 2016. Lokasi yang dikunjungi di antaranya beberapa desa di pinggir Sungai Bengawan Solo, dan juga panen raya di Desa Duyungan Kecamatan Sukosewu, dan Desa Tambahrejo, Kecamatan Kanor, Bojonegoro. Selain itu juga datang ke Desa Kedungharjo, Kecamatan Widang, Tuban.
Para petani di Tuban, Lamongan dan Bojonegoro berharap Menteri Amran tidak hanya sekadar mengunjungi,tapi juga memperhatikan serius soal penanganan banjir luberan Sungai Bengawan Solo. Karena sudah bertahun-tahun lamanya lahan sawah, terpaksa berhenti karena banjir. ”KaMMI berharap Pak Menteri peka dan tanggap,” ujar Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Makmur Desa Kedungharjo, Kecamatan Widang, Tuban, pada Tempo Jumat 4 maret 2016.
Baca juga: Kronologi Penganiayaan Toipah oleh Ivan Haz Versi LBH APIK
Dia mencontohkan, Desa Kedunghardjo, terdapat 40 hektare lahan yang terendam banjir. Air luberan Sungai Bengawan Solo, tidak bisa bergerak akibat lahan sawah berbentuk cekung seperti mangkuk. Kondisi serupa jga terjadi di DesaTegalrejo ada sekitar 90 hektare yang juga terendam banjir. ”Jadi, tak sekadar berkunjung, tapi ikut menangani masalah,” ujarnya.
Sekretaris Dinas Pertanian Bojonegoro, Bamban Sutopo mengatakan, dampak banjir mengakibatkan tanaman padi rusak. Yaitu, rusak kategori ringan 585 hektare (di bawah 25 persen), 758 hektare rusak sedang (di bawah 40 hektare), dan rusak kategori berat 603,5 hektare atau (di bawah 60 persen)—dari lahan pertanian total seluas 75.788 tahun 2016 ini. ”Ada beberapa lahan produktif yang tidak bisa ditanami,” ujarnya.
Sedikitnya 1.700 hektare lahan sawah produktif di pinggir Sungai Bengawan Solo, di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, tidak bisa ditanami. Penyebabnya, selain tidak ada pompa penyedot, juga permukaan tanah berada di bawah Sungai Bengawan Solo.
Sawah yang terendam banjir terhitung mulai dari 9 Februari hingga 3 Maret 2016. Air, rata-rata tinggi satu meter, biasanya menggenangi sawah antara dua hingga tiga bulan mendatang. Selama terendam banjir, praktis petani tidak bisa menggarap sawah. Petani justru bisa menggarap sawah, menjelang musim hujan berakhir pada bulan Mei mendatang.
Baca juga: Kemungkinan Sabotase Gorong-gorong Istana, Ini Kata Menteri Ryamizard
Sawah yang terendam banjir menyebar di beberapa desa di empat kecamatan di Tuban. Yaitu Desa Kanorrejo, Sawahan, Tambahrejo, Ngadirejo dan Maibit, Kecamatan Rengel. Juga Desa Soko, Menilo, Kendalrejo, Mojoagung dan Pandanwangi, Kecamatan Soko. Selain itu, Desa Kedungharjo, Patihan, Mrutuk, Simorejo, Tegalrejo dan Tegalsari Kecamatan Widang, serta Desa Bandungrejo Kecamatan Plumpang.
Genangan banjir di sawah juga menyasar di beberapa desa di Kecamatan Rengel, Tuban. Bahkan data di Kantor Kecamatan Rengel, ada sekitar 1400 hektare sawah di tujuh desa yang terendam banjir. Bahkan banjir sekitar satu hingga 1,3 meter bisa bertahan lebih dari dua bulan lamanya. Praktis, petani tidak bisa menggarap sawahnya saat musim hujan.
Baca juga: Jokowi dengan Nada Tinggi: Menteri Jangan Dahului Presiden!
Data Dinas Pertanian Kabupaten Tuban menyebutkan produksi padi di Kabupaten Tuban tahun 2014 sebanyak 537.666 ton. Sedangkan luas tanaman padi yaitu, 88.717 hektare dan yang berhasil dipanen seluas 85.549 hektare atau dengan kata lain, seluas 3.168 hektare mengalami gagal panen akibat bencana banjir dan serangan hama. Sedangkan produksi padi antara 6,3 ton hingga 7 ton per hektare.
SUJATMIKO