TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengungkap rencana Kementerian Pertahanan membentuk tim intelijen sendiri. Hal itu, menurut dia, akan mendukung pembentukan kebijakan umum oleh Kementerian Pertahanan.
"Mana bisa Kemenhan tanpa intelijen? Bagaimana mau buat kebijakan? Kami butuh informasi di lapangan," ujar Ryamizard di Balai Media Kemenhan, Jakarta Pusat, pada Jumat, 4 Maret 2016.
Baca Juga:
Ryamizard menjelaskan, pihaknya sudah mulai merealisasi rencana ini, meski dia belum secara jelas akan seperti apa mekanisme kerja intelijen internal Kementerian.
"Sudah jalan, kok. Setiap Kamis, kami sudah sering diskusi (soal pembentukan tim intelijen). Nanti anggotanya bisa para ahli, tak harus tentara atau penegak hukum," ucapnya.
Ryamizard menyampaikan perlunya informasi yang cepat dan mendalam soal perkembangan keamanan dalam negeri bagi pihaknya. "Kerjanya dikomunikasikan, jadi tak akan tumpang-tindih dengan yang sudah ada (Badan Intelijen Negera)," tuturnya.
Saat menyampaikan rencana pembentukan intelijen internal di depan wartawan yang hadir dalam acara ramah-tamah di Balai Media, Ryamizard pun mengenalkan Laksamana Madya Widodo sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan yang baru.
Widodo menjabat Sekjen menggantikan Letnan Jenderal Ediwan Prabowo yang telah habis masa kerjanya.
"Yang saya pentingkan di Kementerian Pertahanan adalah rasa kekeluargaan. Sekarang saya loyal secara tegak lurus kepada Pak Jokowi sebagai presiden, tapi saya tetap menghormati Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) atau Bu Megawati. Mereka pernah memimpin kita. Hubungan baik tetap saya jaga," katanya.
Widodo dilantik Sekjen Kemenhan pada Kamis, 11 Februari 2016. Pengangkatan Widodo didasari pada Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32/TPA Tahun 2015.
YOHANES PASKALIS