TEMPO.CO, Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa mengajak semua elemen pencinta lingkungan, terutama alam liar, memerangi para mafia atau kelompok kejahatan terorganisasi. Hari Alam Liar atau Wildlife Day, yang ditetapkan PBB sejak 2014, akan diperingati pada 3 Maret besok.
"Mereka menghasilkan miliaran dolar (atau puluhan triliun rupiah) dari kejahatan ini," kata Direktur Eksekutif UNODC Yury Fedotov dalam siaran pers, Rabu, 2 Maret 2016. UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime) adalah badan PBB yang menangani kejahatan terorganisasi trans-nasional dan narkotik.
Menurut Fedotov, kejahatan terhadap hutan dan alam liar menghancurkan keanekaragaman hayati dan membuat planet bumi tidak sehat. Pada 2015, sebanyak 1.175 ekor badak dibunuh demi culanya di Afrika Selatan. Sedangkan Benua Afrika kehilangan 64 persen gajahnya dalam 10 tahun terakhir.
PBB menilai pembunuhan binatang-binatang liar yang dilindungi tersebut, termasuk pembunuhan terhadap jagawana, diduga dilakukan kelompok kejahatan yang terorganisasi. "Kejahatan terhadap alam liar harus dilihat sebagai kejahatan serius," kata Fedotov.
Fedotov mengatakan, untuk menjaga kelangsungan alam liar bagi generasi selanjutnya, semua pihak harus ikut melawan penjahat dan segala kekebalan yang mereka miliki selama ini. Karena itu, UNODC menginisiasi negara-negara untuk menerapkan Konvensi PBB Melawan Kejahatan Terorganisasi Trans-Nasional. "Perlu kerja sama internasional dalam bentuk operasi gabungan dan berbagai informasi," ucapnya.
Selain itu, kata Fedotov, perlu usaha mengurangi permintaan atas hasil-hasil kejahatan terhadap alam liar serta memutus jalur distribusi para penjahat. Hal itu bisa lakukan dengan menangkap proses pengapalan, aset-asetnya, dan menyita hasilnya.
"Pada Hari Alam Liar ini, saya mengajak semua mengambil bagian dalam melindungi alam liar dan hutan guna mengalahkan para penjahat yang selalu berusaha merusaknya," tuturnya.
TITO SIANIPAR