TEMPO.CO, Yogyakarta - Seorang bercadar menyerukan persaudaraan. Ia mengajak orang menghormati perempuan bercadar. Dia juga mengajak orang menghormati mereka yang lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
Ia menggelar aksi damai di kawasan Tugu Yogyakarta, Selasa petang, 1 Maret 2016. Dia menggunakan jilbab kombor dan masker bekas yang lusuh sebagai cadar. Dia yang berumur 33 tahun itu berdiri di depan lampu merah di timur Tugu dan membawa poster bertuliskan Kita Bersaudara. Tulisan kita diberi sentuhan warna warni pelangi, simbol LGBT.
Ia mengatakan aksi damai ini bertujuan mengajak masyarakat tidak saling gontok-gontokan dan menghormati perbedaan. "Saya berharap tidak ada lagi kekerasan di Yogyakarta," katanya kepada Tempo.
Dia memilih kostum jilbab kombor untuk menghormati pilihan orang untuk menggunakan jilbab berukuran besar. Dia mengajak orang untuk tidak berprasangka buruk atau memberi stigma terhadap orang-orang berjilbab besar. Begitu juga terhadap LGBT. Perbedaan-perbedaan itu, kata dia, mesti dihormati. "Prasangka ataupun stigma-stigma yang membuat orang gampang menghakimi," katanya.
Ia mengatakan kostum yang ia pakai terdiri atas baju batik yang ia pinjam dari tetangganya yang seorang ibu rumah tangga. Sedangkan masker dia dapatkan dari seorang laki-laki tukang cukur.
Menurut dia, pilihan menggunakan jilbab ini datang dari dia sendiri. Ia tidak mewakili kelompok mana pun ketika melakukan aksi itu. Ia berinisiatif melakukan aksi demonstrasi itu pasca-aksi kelompok pro-demokrasi dan kelompok-kelompok intoleran beberapa waktu lalu.
Ia berharap setiap orang bisa menghargai perbedaan pendapat dan tidak melakukan kekerasan. Perbedaan-perbedaan itu hendaknya didiskusikan.
SHINTA MAHARANI