TEMPO.CO, Malang - Dua pria bukan warga Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang ditangkap Detasemen Khusus Antiteror 88 pada Senin pagi, 29 Februari 2016, diduga bagian dari jaringan pelaku bom Thamrin, Jakarta.
Dugaan itu disampaikan Kepala Kepolisian Resor Malang Ajun Komisaris Besar Yudo Nugroho Sugianto setelah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) atau lokasi penangkapan kedua pria tersebut, yakni kompleks permakaman Setyo Setuhu, Dusun Keramat, Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak.
“Penangkapan mereka oleh Densus 88 merupakan hasil pengembangan penangkapan terduga teroris sebelumnya. Diduga mereka masih jaringan pelaku bom Thamrin, Jakarta,” kata Yudo pada Selasa, 1 Maret 2016.
Yudo menyebut kedua pria berinisial Kw, 43 tahun, dan S, 25 tahun. Kw berasal dari Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Sedangkan S beralamat di Jalan Batuaraya, Kelurahan Paropo, Makassar, Sulawesi Selatan.
Mereka ditangkap pukul 06.00 WIB dan langsung dibawa ke Markas Brimob Detasemen B di Ampeldento, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Aparat Densus 88 menyita sejumlah barang bukti, tapi Yudo menolak memperjelas barang bukti dan kronologi peristiwa penangkapan.
“Semua masih dikembangkan. Nanti secara detail akan dirilis di sana (Markas Brimob Ampeldento),” ujar Yudo.
Lokasi penangkapan dipercaya sebagai salah satu makam leluhur suku Tengger. Olah TKP dilakukan personel Brimob dan Densus 88. Semua aparat membawa senjata laras panjang, mengenakan rompi antipeluru, helm, dan kacamata hitam. Mereka teliti menelisik seluruh area TKP.
Juru kunci makam, Sukirno, menambahkan dua terduga teroris itu telah berada di TKP sejak sepekan terakhir. Setahu pria berusia 48 tahun ini, Kw dan S hanya suka duduk-duduk di salah satu gazebo di kompleks makam.
“Seingat saya, mereka datang dengan membawa dua tas punggung berukuran cukup besar. Tapi saya tak pernah berbicara karena saya kira mereka orang baik-baik yang sedang melakukan ziarah atau ritual,” kata Sukirno.
Selama enam tahun menjadi juru kunci, Sukirno mengaku baru pertama kali melihat permakaman yang dijaga dan diurusnya didatangi banyak personel polisi. Karena itu, menurut Sukirno, ia akan menanyakan kartu identitas kepada siapa pun orang asing yang hendak mengunjungi bahkan menginap di kompleks permakaman.
Permakaman Setyo Setuhu berada di bukit Patokpicis dengan ketinggian sekitar 800 meter dari permukaan laut. Makam ini dikelilingi hutan pinus dan berlokasi terpencil, terpaut jarak sekitar 4 kilometer dari permukiman penduduk terdekat.
Sebelumnya, Densus 88 juga menangkap lima pria dalam satu mobil saat melintas di Jalan Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, pada Jumat malam, 19 Februari lalu. Mereka pun diduga bagian dari kelompok pelaku bom Thamrin.
ABDI PURMONO