TEMPO.CO, Pontianak – Kepolisian Daerah Kalimantan Barat terus melakukan penyidikan terhadap kasus mutilasi yang dilakukan Brigadir Polisi Petrus Bakus, 28 tahun, pada 26 Februari 2016. Romo Karyono, yang didatangi Petrus untuk bimbingan rohani, mengaku merasakan keanehan perilaku polisi tersebut.
“Romo Karyono membenarkan PB (Petrus Bakus) datang menemuinya sebanyak empat kali, namun hanya tiga kali yang bertemu langsung,” ujar Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat Brigadir Jenderal Arief Sulistyanto, Jumat, 1 Maret 2016.
Pertemuan pertama, kata Arief, terjadi setengah bulan yang lalu. Petrus mendatangi Romo Karyono sendirian. Dia menyampaikan permasalahan rumah tangganya kepada Romo Karyono. Karyono menyuruh agar Petrus membawa istrinya, Windri Hairin Yanti.
“Pertemuan kedua bertiga dengan Windri. Lalu istri PB disuruh oleh PB untuk menyampaikan permasalahan rumah tangganya. Oleh Romo Karyono disampaikan kalau hati istri PB tertutup karena kurang komunikasi,” tutur Arief.
Kedatangan ketiga, Petrus bersama kedua anaknya. Saat itu kondisi kejiwaan Petrus kian tak menentu dan mulai berbicara ngelantur. Dia meminta Romo Karyono membuat baliho dengan tulisan “Sumber Kehidupan; Terjadilah Padaku Menurut PerkataanMu.” Petrus juga menyampaikan kepada Romo Karyono bahwa saat dia pergi ke pasar banyak orang yang mengerumuninya.
“Kedatangan keempat pada hari kamis sore (sebelum kejadian) dengan membawa kedua anaknya namun tidak bertemu dengan Romo, hanya ketemu dengan pembantunya,” kata Arief.
Hingga saat ini Petrus belum bisa ditemui karena tidak mengontrol dirinya sendiri. Petrus masih terus berteriak-teriak. Dia juga tidak mengenali komandannya serta tidak sadar setelah dipertemukan dengan istrinya.
ASEANTY PAHLEVI