TEMPO.CO, Jember - Kabar duka menyelimuti sivitas akademika Fakultas Sastra Universitas Jember, Selasa pagi, 1 Maret 2016, menyusul meninggalnya Ayu Sutarto. Guru besar di Universitas Jember yang dikenal juga sebagai doktor Tengger ini dikabarkan meninggal pada Selasa ini sekitar pukul 08.00 WIB.
Kabar duka meninggalnya dosen di Fakultas Sastra Universitas Jember ini cepat beredar melalui situs jejaring sosial. Saat dihubungi Tempo, salah satu dosen di fakultas tersebut, Ikhwan Setiawan, menyatakan Ayu sebagai profesornya orang suku Tengger.
"Orang Tengger sendiri menyebutnya sebagai profesornya orang Tengger," ucap Ikhwan, Selasa, 1 Maret 2016.
Sebelum meninggal, Ayu sempat menjalani perawatan di Surabaya selama dua bulan sampai akhirnya dibawa pulang ke Jember. "Ketika pulang, beliau masih dirawat secara medis, sudah tidak bisa diajak berkomunikasi, walau sesekali masih bisa merespons," ujar Ikhwan.
Meninggalnya Ayu merupakan kehilangan besar bagi sivitas akademika Universitas Jember. "Beliau adalah budayawan, akademikus, peneliti budaya. Beliau juga banyak memiliki kolega," tutur Ikhwan, yang juga pernah menjadi mahasiswa almarhum Ayu.
Disertasi Ayu mengupas secara mendalam budaya Karo suku Tengger. Ayu harus melakukan penelitian referensial hingga ke Belanda dan Inggris untuk menyelesaikan disertasinya itu. "Beliau adalah seorang peneliti budaya yang mendalam," kata Ikhwan. Selain punya dedikasi tinggi dalam penelitian dan akademisi, Ayu memiliki yayasan yang menaungi anak-anak.
Yayasan yang didirikan Ayu ini mengajarkan kesenian tari-menari. "Anak-anak juga bisa belajar secara gratis di situ," ujar Ikhwan. Dia juga pernah memperoleh Anugerah Kebudayaan Indonesia. Menurut informasi, jenazah Ayu akan dimakamkan pukul 15.00 WIB nanti. "Masih menunggu keluarga yang ada di luar kota," ucap Ikhwan.
DAVID PRIYASIDHARTA