TEMPO.CO, Bangkalan - Sebanyak 226 aparat Kepolisian Resor Bangkalan menjalani tes kejiwaan oleh Bidang Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Daerah Jawa Timur di Aula Serbaguna Polres Bangkalan, Senin, 29 Februari 2016. Tes kejiwaan ini dilakukan untuk mencegah mereka berbuat sadis seperti polisi yang memutilasi dua anaknya di Kalimantan Barat.
"Setiap polisi harus menjawab 500 pertanyaan dalam buku," kata Kepala Urusan Kesehatan Polres Bangkalan Inspektur Satu Nurhasan.
Baca : Seorang Polisi Mutilasi Dua Anaknya Sendiri
Jawaban dari ratusan pernyataan itu akan diteliti satu per satu oleh tim dari Kepolisian Daerah Jawa Timur. Tiap soal saling berkaitan sehingga setiap jawaban akan mencerminkan kondisi kejiwaan setiap polisi. "Kalau ada yang bermasalah, akan ditangani khusus oleh Polda untuk penyembuhan," ujarnya.
Selain tes kejiwaan, polisi yang sebagian perwira juga menjalani tes kesehatan jantung, mengecek urine, rontgen, tes darah, dan gigi. Selain di Bangkalan, tes serupa juga akan digelar di Polres Pamekasan, Sumenep, dan Sampang. Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan satu kali setahun.
Baca: Polisi Mutilasi Anak Skizofrenia? Psikolog: Bisa Dideteksi
Seorang perwira yang ikut tes kejiwaan, Kepala Urusan Bagian Operasional Satuan Reserse Narkoba Polres Bangkalan Inspektur Satu Eko Siswanto. Dia tampak lelah menjawab 500 pertanyaan di hadapannya. Tiap selesai menjawab beberapa soal, Eko tampak mengobrol sesaat kemudian mengisi lagi. "Capek, harus teliti,” tutur Eko.
Tiap soal hanya boleh dibaca satu kali lalu diisi. Soal tidak boleh dibaca berulang-ulang. Peserta tes harus menyelesaikan tes kesehatan jiwa lebih dulu sebelum mengikuti tes lain, seperti jantung, urine, darah, dan gigi.
Baca juga: Polisi Mutilasi Anak, DPR: Sistem Rekrutmen Harus Dievaluasi
Pelaksanaan tes kejiwaan ini tampak lucu. Untuk menjaga konsentrasi, sejumlah polisi mengisi soal sembil tidur-tiduran di masjid Polres. Para polisi itu tampak seperti sekumpulan siswa sedang mengerjakan soal ujian.
MUSTHOFA BISRI