TEMPO.CO, Surakarta - Bungker kuno yang ditemukan di kompleks Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, tiga tahun lalu kondisinya terbengkalai. Bangunan bawah tanah tersebut dipenuhi air kotor limpasan dari genangan hujan.
Menurut pantauan Tempo, bagian dalam bungker dipenuhi air sehingga tidak mungkin dimasuki. Banyak sampah di dalamnya, terutama sampah daun dan botol air mineral. Tidak terlihat adanya peralatan untuk menyedot air tersebut.
Kepala Dinas Tata Ruang Kota Surakarta Agus Joko Witiarso mengakui bahwa kondisi bungker memang kurang terawat. "Kami belum menyiapkan anggaran untuk perawatan maupun revitalisasi bungker itu," katanya, Jumat, 26 Februari 2016.
Dia juga mengakui bahwa genangan air tersebut berpotensi merusak bangunan kuno itu. "Kami tengah meneliti asal air tersebut," ujarnya. Selain diduga berasal dari air hujan, dia menengarai air itu muncul lantaran rembesan, mengingat bangunan itu berada di bawah tanah. "Logikanya, bangunan itu dulunya kedap air."
Sebab, bangunan tersebut digunakan untuk menyimpan senjata serta tempat persembunyian. Namun kemungkinan memang kualitas temboknya makin turun seiring usia yang makin tua.
Menurut Agus, pihaknya akan mengupayakan untuk memperoleh anggaran perencanaan revitalisasi melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan. "Perencanaan akan disusun pertengahan tahun ini," tuturnya.
Perencanaan itu menjadi pedoman saat revitalisasi yang akan dilakukan tahun depan. "Kami juga akan mendiskusikan mengenai rencana pemanfaatan bungker nantinya setelah revitalisasi," ucapnya. Sebab, pemanfaatan benda cagar budaya harus melalui kajian mendalam agar keberadaan bangunan itu bisa tetap lestari.
Agus mengatakan bangunan itu diduga dibangun pada masa kolonial Belanda. Saat itu balai kota digunakan sebagai kantor serta rumah dinas residen. "Kemungkinan digunakan untuk penyimpanan senjata atau tempat persembunyian," katanya.
AHMAD RAFIQ