INFO NASIONAL - Saat pertama kali terpilih menjadi Bupati Tabanan 2010 silam, Ni Putu Eka Wiryastuti, S.Sos mendapatkan pekerjaan rumah memperbaiki jalan rusak nyaris sepanjang 750 kilometer. Perbaikan infrastruktur menjadi prioritas saat menjabat sebagai Bupati Tabanan periode 2010-2015. Memperbaiki infrastruktur bukanlah perkara mudah apalagi dana APBD sangat kecil. Secara matematis, memperbaiki jalan pasti membutuhkan dana triliunan rupiah. Sedangkan dana yang tersedia hanya berkisar di bilangan miliar.
Kendala besar itu dijadikan tantangan bagi Ni Putu Eka Wiryastuti, yang saat terpilih 2010 lalu masih berusia 35 tahun. Dengan pengalaman sebagai pengusaha, Eka mencari solusi yang cerdas. Ia memanfaatkan potensi masyarakat dipadukan dengan modal APBD. Memobilisasi rakyat menjadi pilihan terbaik di tengah kesulitan dana. “Karena APBD kami kecil ketika itu, kami punya ide program partisipatif,” kata Eka.
Baca Juga:
Program partisipatif yang dimaksud adalah kerja sama antara pemerintah dan rakyat. “Rakyat bisa menyumbangkan tenaganya dan pemerintah menyediakan bahannya seperti semen, batu koral, dan lainnya. Jadi proyek tidak perlu dilelangkan,” tuturnya.
Cara ini bisa melakukan penghematan besar. Cukup dengan dana APBD Rp 8 miliar, istri dari I Made Dwi Saputra ini berhasil membangun jalan desa sepanjang 300 kilometer bersama masyarakat, meliputi gang-gang, jalan menuju tempat ibadah, dan jalan menuju sentra produksi pertanian. “Bila dilelang, proyek menghabiskan dana tak kurang dari Rp 1,7 triliun. Kegiatan membangun jalan bersama rakyat sudah saya terapkan 3 tahun yang lalu,” kata lulusan Fakultas Sosial Politik STISIP Margarana Tabanan 2011 ini.
Selain itu dijalankan pula program hotmix dengan mencicil. Selama 5 tahun sudah 400 kilometer jalan hotmix antar-kecamatan, yang sebelumnya adalah lapen yang hanya tahan dua tahun karena geografis Tabanan dengan curah hujan tinggi . Dan selama kepemimpinannya, hotmix ini mampu bertahan 15 tahun.
Baca Juga:
Ketika terpilih lagi menjadi Bupati Tabanan periode 2016-2021, perbaikan infrastruktur menjadi prioritas. “Mudah-mudahan 2017 selesai masalah jalan,” ujarnya saat ditemui di rumah pribadinya di Baturiti, kawasan Bedugul, Tabanan.
Program pembangunan jalan sangat berkaitan dengan upaya pemerintah menggerakkan perekonomian rakyat. Selain itu, program ini strategis karena manfaatnya langsung bisa dirasakan rakyat. Bagi pemerintah, program partisipatif juga mendekatkan rakyat dengan pemimpinnya.
Program lain yang diutamakan adalah membangun ekonomi kerakyatan. Pengagum Bung Karno dan Megawati Soekarnoputri ini telah merintis pendirian 58 BUMDes (badan usaha milik desa) dan terus ditingkatkan hingga setiap desa memiliki BUMDes. Setiap BUMDes dimodali Rp 200 juta dan hanya boleh membeli hasil olahan petani sebagai sektor unggulan kabupaten dengan luas 839,33 kilometer persegi ini. Produk BUMDes dibeli oleh BUMD yang khusus membeli hasil petani.
Di bidang kesehatan, direncanakan membangun rumah sakit internasional.Tersedia tiga unit mobil sehat sebagai klinik keliling agar masyarakat di berbagai pelosok desa bisa dilayani oleh dokter umum, dokter mata, dan dokter kanker serviks. Untuk pemberantasan kanker serviks ini menjadi contoh nasional. Seluruh Puskesmas di Tabanan siap melayani pemeriksaan dengan system IVA dan dilengkapi alat CRAYO sebagai pendeteksi kanker serviks. (*)