TEMPO.CO, Pekanbaru - Pemerintah Riau dan Norwegia tengah menjajaki kerja sama pengembangan budi daya ikan di Pulau Jemur, Kabupaten Rokan Hilir, Riau. Norwegia menawarkan teknologi akuakultur yang diklaim ramah lingkungan untuk budi daya perairan di Riau. "Teknisnya menggunakan teknologi tinggi keramba di perairan," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Riau Tien Mastina kepada Tempo, Jumat, 26 Februari 2016.
Tien mengatakan kerja sama pengembangan budi daya ikan perairan bersama Norwegia sebelumnya sudah berjalan di Kabupaten Yapen. Kerja sama tersebut sekaligus sebagai proyek percontohan di Indonesia.
Menurut Tien, Riau sebenarnya juga memiliki potensi besar untuk budi daya ikan perairan karena memiliki kontur wilayah dan perairan yang sangat mendukung budi daya ikan. Selain Pulau Jemur kata Tien, Riau juga memiliki Pulau Rupat sebagai tempat yang dianggap potensial. "Kita juga punya potensi di pulau lainnya yang sangat mendukung," ujarnya.
Tien belum mengetahui berapa nilai kerja sama tersebut. Saat ini, kata Tien, Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Riau masih melakukan penjajakan dan membahas rencana lebih lanjut bersama Norwegia.
Tien optimistis kerja sama tersebut berdampak positif bagi perkembangan produksi ikan laut Riau. Sebab, Tien menambahkan, saat ini Riau tengah fokus mengembangkan budi daya ikan laut. Dengan kerja sama tersebut, produksi ikan laut Riau diprediksi bakal meningkat hingga 70 persen. "Diharapkan dapat mendongkrak produksi ikan laut Riau," ucapnya.
Kerja sama keramba ikan laut bersama Norwegia ini nantinya bakal dijalankan oleh badan urusan milik daerah (BUMD) sebagai pelaksana. Mereka kini tengah mengkaji jenis ikan yang akan dikembangkan di Pulau Jemur."Jenis ikan akan disesuaikan dengan karakteristik perairan di Riau," ujar Tien.
Tahun ini, Riau memasang target produksi ikan 100.787,52 ton, atau jauh lebih besar dari produksi tahun sebelumnya yang hanya 89,096 ton. Namun, menurut Tien, produksi ikan Riau tahun ini sedikit terusik akibat bencana banjir yang melanda Kabupaten Kampar sebagai sentral produksi ikan keramba.
Ratusan keramba dan kolam ikan warga hanyut akibat luapan arus sungai, petani keramba merugi hingga Rp 12,9 miliar. "Diperkirakan bakal mempengaruhi penurunan produksi hingga 30 persen," ujarnya.
Mengatasi hal itu, Tien mengaku tengah berupaya mengajukan bantuan benih ke Kementerian Perikanan dan Kelautan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016 melalui program budi daya ikan untuk menutupi kerugian petani keramba Kampar dan Kuantan singingi tersebut. "Ada program restoking benih untuk provinsi terdampak banjir," katanya.
Ia telah mengajukan proposal sebanyak kerugian petani keramba di Riau melalui program benih nasional itu. Menurut Tien, Riau berpeluang mendapatkan bantuan sarana dan pakan ikan. Dengan demikian, target produksi ikan keramba Riau 2016 diharapkan tetap tercapai.
RIYAN NOFITRA