TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar menyesalkan sikap pemerintah yang membiarkan wacana penolakan terhadap lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di masyarakat yang berkembang menjadi ujaran kebencian.
Ujaran kebencian dapat berupa yang beredar langsung dalam bentuk selebaran maupun yang saat ini telah gencar menggunakan media sosial.
Haris mengatakan awalnya wacana penolakan itu hanya berupa pernyataan ketidaksukaan pribadi terhadap kelompok LGBT. Namun hal itu kini telah meningkat menjadi pernyataan diskriminatif hingga ujaran kebencian. "Hal ini dapat menimbulkan kekerasan dan konflik sosial," kata Haris melalui keterangan tertulisnya, Jumat, 26 Februari 2016
Menurut Haris, saat ini sering terjadi salah tafsir bahwa pernyataan-pernyataan anti-LGBT merupakan salah satu penggunaan hak kebebasan berpendapat. Hal ini berdampak seolah-olah negara tidak perlu turun tangan untuk meredam ujaran kebencian.
Padahal negara dan masyarakat perlu memahami dan membedakan pernyataan yang berupa pendapat pribadi, pernyataan diskriminatif, dan ujaran kebencian.
Penyesalan ini diutarakan Haris setelah melihat isi akun Twitter @tifsembiring. Akun yang selama ini dikenal sebagai milik anggota Dewan Perwakilan Rakyat Tifatul Sembiring itu berisi cuplikan hadis tentang seruan membunuh kaum homoseksual dengan hashtag #RenunganJumat.
Atas cuitannya tersebut, netizen ramai-ramai memberi tanggapannya. Salah satunya dari pemilik akun Twitter @asbabul_junub. "@tifsembiring islam aliran mana nih kok gampang banget main bunuh... ini manusia perlu dikembalikan ke zaman purbakala, enggak pantas di sini," tulis Gus Baster lewat akun Twitter @asbabul_junub.
Saat dikonfirmasi Tempo, Tifatul belum bersedia berkomentar.
LARISSA HUDA