TEMPO.CO, Malang - Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang membangun sangkar raksasa untuk konservasi burung. Sangkar itu dibangun di taman pelataran pintu masuk gedung Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
"Burung perlu dikonservasi, sejumlah jenis burung mulai langka," kata Dekan Fakultas Peternakan Suyadi, Kamis, 25 Februari 2016.
Usaha konservasi juga mendukung konsep green campus. Universitas Brawijaya, kata Suyadi, merupakan pelopor green campus. Tahap awal akan dikembangkan berbagai jenis burung jalak. Tujuannya untuk menghasilkan varietas baru secara alamiah.
"Masih dalam tahap percobaan," ujarnya. Sejumlah burung jalak dilepas di dalam kandang, terdiri atas empat pasang jalak uret, empat pasang jalak penyu, dan empat pasang jalak putih. Semua jenis jalak itu merupakan endemis Jawa tapi kini sulit ditemui di alam.
Burung cucak ijo, maskot Kabupaten Malang yang terancam punah, tak ditangkarkan. Ancaman kepunahan burung endemis Jawa itu terjadi karena penangkapan besar-besaran di alam. Habitat burung cucak ijo di hutan selatan Malang juga telah rusak.
Baca Juga:
Ketua ProFauna Indonesia Rosek Nursahid menjelaskan survei 1996 menemukan populasi cucak ijo tersebar di Lebakharjo, Pujiharjo, Tirtoyudo, Pujon, dan Cangar. Sedangkan survei terakhir hanya menemukan dua ekor di Pulau Sempu.
"Dengan dijadikan maskot ternyata setiap instansi pemerintah memelihara cucak ijo di sangkar," kata Rosek.
Tindakan tersebut berpengaruh sangat signifikan terhadap penangkapan besar-besaran cucak ijo di alam. Seharusnya, kata Rosek, ditetapkan maskot justru bagaimana mempertahankan maskot tetap lestari di alam.
ProFauna Indonesia kesulitan menghitung populasi burung cucak ijo di alam lantaran semakin berkurangnya hutan lindung habitat cucak ijo. Menurut Rosek, upaya konservasi gagal tanpa dibarengi rehabilitasi hutan di selatan Malang.
EKO WIDIANTO