TEMPO.CO, Probolinggo - Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang mendiagnosis secara klinis lebih-kurang 200 warga di satu kecamatan di Lumajang terserang chikungunya. Ratusan warga itu berada di Kecamatan Jatiroto.
Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang Askap H. mengatakan pihaknya sudah mengirimkan sampel darah 10 penderita ke laboratorium di Surabaya untuk diperiksa. "Kami belum dapat hasilnya," ujarnya, Rabu siang ini, 24 Februari 2016.
Secara klinis, Askap mengatakan, ratusan warga tersebut terserang chikungunya. Jumlah 200 warga itu adalah jumlah akumulatif sejak November 2015. "Empat bulan terakhir ini jumlahnya segitu," katanya.
Para penderita ini awalnya mengeluh demam dan persendiannya terasa ngilu. Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan keluhan yang dirasakan. Ketika demam, demamnya yang diobati. Dan ketika linu, linunya yang diobati.
Kendati ada 200 warga yang terserang chikungunya, kata Askap, pihaknya belum menetapkan kasus ini sebagai kejadian luar biasa (KLB). "Bukan KLB," ujarnya.
Penyebab chikungunya adalah nyamuk, sama dengan demam berdarah. Terkait dengan serangan nyamuk chikungunya ini, Dinas Kesehatan Lumajang telah melakukan pengasapan di sejumlah daerah yang terdapat penderita chikungunya.
Selain itu, yang harus dilakukan adalah pemberantasan sarang nyamuk. Untuk itu, masyarakat harus berperan secara aktif. Tanpa peran aktif masyarakat, upaya memutus rantai penularan chikungunya ini akan susah. Sebagian besar warga yang terserang chikungunya ini berada di dekat kebun tebu.
Berdasarkan data yang diperoleh Tempo, penderita chikungunya ini tersebar di enam desa di Kecamatan Jatiroto, yakni Desa Jatiroto, Jatiroto Lor, Jatiroto Kidul, Rojopolo, Sukosari, dan Banyuputih Kidul. Data pada akhir 2015 menyebutkan penderita chikungunya di Kecamatan Jatiroto sebanyak 101 orang. Sedangkan menjelang dua bulan terakhir ini, terdapat 111 penderita.
DAVID PRIYASIDHARTA