TEMPO.CO, Surabaya- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mendukung kebijakan kantong plastik berbayar. Sebab, kata dia, Surabaya menjadi salah satu kota percontohan dari total 22 kota di Indonesia yang menerapkan kantong plastik berbayar. “Ini bagus untuk melatih kedisiplinan masyarakat,” kata Risma, Selasa, 23 Februari 2016.
Menurut Risma meski pemakai kantong plastik di pusat perbelanjaan dikutip Rp 200 rupiah namun bukan soal harganya. Lebih penting dari itu, kata dia, ialah melatih kedisiplinan warga dalam menggunakan kantong plastik. “Saya yakin gerakan mengurangi plastik ini akan berhasil di Surabaya,” kata dia.
Risma mengaku telah memberi contoh diet plastik sejak lama. Tiap kali belanja, kata Risma, dia membawa tas sendiri dari rumah. “Kalau saya diberi plastik saat belanja, saya lepas dan memberikan lagi kepada penjual itu, sehingga minimal satu pemakaian kantong plastik berkurang di tangan saya."
Pemerintah Kota Surabaya, kata dia, juga gencar melakukan sosialisasi tentang diet kantong plastik, terutama ke pasar maupun ke pedagang kaki lima. Menurut Risma volume sampah plastik di beberapa pasar tradisional mulai menurun. "Penurunan itu karena sampah pasar sudah dikelola dengan baik, dan untuk sampah plastik sudah didaur ulang," kata dia.
Risma mengajak warganya menekan pemakaian kantong plastik agar ramah lingkungan. Namun Risma menuturkan bagi pedagang kaki lima penjual cilok (pentol) dan es masih sulit beralih ke bukan plastik. Sebab, kue basah umumnya memang diwadahi plastik. “Caranya kita membawa bungkus dari rumah."
Risma pernah dipuji oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya pada saat peringatan hari sampah. Risma dianggap sukses membangun taman dan mengelola sampah dengan baik. Siti menyebut Risma sebagai ibu lingkungan hidup.
MOHAMMAD SYARRAFAH