TEMPO.CO, Yogyakarta - Dana Keistimewaan yang tiap tahun digelontorkan pemerintah pusat sebesar ratusan miliar rupiah untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dinikmati Keraton Yogyakarta, termasuk untuk membangun makam baru di kompleks Makam Raja Mataram di Imogiri, Yogyakarta. Pembangunan makam itu diguyur dana Rp 5,9 miliar. Namun, baru saja bangunan itu selesai digarap pada akhir tahun lalu, satu sisi dindingnya telah retak.
“Itu sudah sepekan lalu karena diguyur hujan terus-menerus,” kata Kepala Dinas Kebudayaan DIY Umar Priyono selaku kuasa pengguna anggaran perluasan makam, Selasa, 23 Februari 2016.
Baca Juga:
Bangunan baru tersebut disediakan untuk makam tiga Raja Kasultanan Yogyakarta setelah Sultan Hamengku Buwono IX, termasuk Sultan Hamengku Buwono X dan penerusnya. Umar menjelaskan, guyuran hujan menyebabkan struktur lapisan tanah yang belum sepenuhnya padat menjadi labil. Akibatnya, dinding retak cukup lebar. Saat ini bangunan itu memasuki tahap pemeliharaan selama enam bulan setelah bangunan selesai.
Rencananya, bangunan baru itu akan diserahkan kontraktor kepada pemerintah Yogyakarta pada Juni mendatang. Umar akan menyerahkan kepada pihak keraton. “Menunggu konsolidasi (pemadatan) tanah selesai dilakukan,” kata Umar.
Bangunan baru dari perluasan makam itu seluas 55 x 55 meter. Perluasan ke sisi timur dari makam sebelumnya dilakukan karena kompleks permakaman itu sudah penuh. Jenazah putra HB IX, almarhum Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Joyokusumo yang wafat pada akhir 2013 dan semestinya dimakamkan di Imogiri, akhirnya dimakamkan di Makam Raja-raja Mataram di Kotagede. Pembiayaan perluasan makam itu memakai dana keistimewaan sebesar Rp 5,9 miliar.
Sebelumnya, Pengageng Puroloyo Makam Imogiri dan Makam Kotagede, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Hastononingrat menjelaskan, makam itu dibangun pada 1632-1640 oleh Raja Mataram Sultan Agung Hanyokrokusumo sebagai pendiri Kerajaan Mataram. Posisi makam Sultan Agung berada paling atas dibanding makam sultan lain. Pada sisi timur dari makam Sultan Agung terdapat makam Raja-raja Keraton Yogyakarta. Sedang sisi baratnya adalah makam Raja-raja Keraton Surakarta. “Lokasi makam juga bertingkat. Paling atas untuk Sultan, di bawahnya untuk istri, lalu anak-anaknya,” kata Hastononingrat.
PITO AGUSTIN RUDIANA