TEMPO.CO, Yogyakarta - Perguruan Taman Siswa Yogyakarta mendesak pemerintah pusat mengangkat Ki Soegondo Djojopuspito menjadi pahlawan nasional. Soegono Djojopuspito atau dikenal sebutan Ki Gondo adalah Ketua Panitia Kongres Sumpah Pemuda ke 2 pada 1928.
"Ki Gondo berperan menyatukan gerakan perjuangan pemuda se tanah air yang saat itu masih sangat heterogen hingga pemuda bisa sepakat mengusung persatuan Indonesia," ujar Ki Sugeng Subakir, Ketua Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah Taman Siswa di sela diskusi tentang usulan Ki Gondo sebagai Pahlawan Nasional di Taman Siswa, kemarin.
Sugeng menuturkan, bukan hal gampang melahirkan kesepakatan kongres yang lantas dikenal dengan Sumpah Pemuda II itu. Lahirnya Sumpah Pemuda 1928 sebagai titik awal perjuangan modern bangsa melawan penjajah dengan asas persatuan. "Karena awalnya perjuangan sangat ethnosentris, kedaerahan," ujarnya.
Bekas Menteri Pemuda Olahraga Roy Suryo yang hadir dalam diskusi itu menuturkan, sepengetahuannya sudah empat kali usulan memperjuangkan Ki Gondo menjadi pahlawan nasional dilakukan sejak era reformasi. Tapi latar belakang Ki Gondo menyebabkan usulan gelar pahlawan nasional kandas.
Ada yang menilai peran Ki Gondo hanya ketua panitia. Dia juga dituding dekat dengan partai kiri, sampai keharusan pemerintah daerah tempat dia lahir yang mengusulkan. "Yang perlu dilihat dari usulan ini sikap nasionalisme yang tumbuh dari Ki Gondo, tanpa Sumpah Pemuda, jalan perjuangan Indonesia mungkin lain," ujar Roy.
Menurut Roy, peran Soegondo pada Sumpah Pemuda, sama pentingnya dengan peran proklamator, Soekarno-Hatta. "Status Soegondo saat itu Ketua PPPI, dan ia ketua panitia kongres. Hampir sama dengan Soekarno-Hatta sebagai proklamator," ujarnya.
Menurut Roy, selama memimpin Kementerian Pemuda Olaharga periode Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, pihaknya telah menginisiasi bentuk penghagaan pada Ki Gondo. "Ada Ki Gondo Award untuk atlet berperestasi, dan nama Ki Gondo juga menjadi nama ruang wisma Atlet Cibubur.
Makam Ki Gondo di pemakaman Perguruan Taman Siswa bersama makam dua pahlawan nasional: Ki Hadjar Dewantara dan Ki Sarmidi Mangunsarkoro.
PRIBADI WICAKSONO