TEMPO.CO, Bandung - Sekretaris Daerah Jawa Barat Iwa Karniwa mengatakan surat keputusan gubernur tentang penetapan lokasi pembangunan kolam retensi di Cieunteung, Kabupaten Bandung, akan terbit pada akhir bulan ini. “Akhir Februari penlok (penetapan lokasi) sudah bisa dituntaskan untuk selanjutnya BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) Citarum akan memulai pembangunannya,” katanya di Bandung, Senin, 22 Februari 2016.
Iwa mengatakan kolam retensi di Cieunteung itu disiapkan untuk mengatasi banjir Sungai Citarum di wilayah Bandung selatan, Kabupaten Bandung. Rencana pembangunannya tertunda selama bertahun-tahun untuk menunggu revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung. “Tata ruangnya sudah selesai, sekarang sedang pembahasan detail pembebasan (lahannya) yang mana saja,” ujarnya.
Menurut Iwa, pemerintah pusat sudah menyiapkan anggaran untuk pembebasan lahan guna membangun kolam retensi tahun ini. Pengerjaan pembangunannya sendiri akan dilakukan BBWS Citarum. “Ini sudah terlalu lama (tertunda),” tuturnya.
Iwa mengatakan pembangunan kolam rentensi Cieunteung ada kemungkinan dilaksanakan berbarengan dengan pembangunan danau di kawasan Gedebage, Kota Bandung. Di atas danau di kawasan Gedebage itu, pemerintah provinsi akan membangun masjid terapung. “Sekarang sedang proses pembebasan tanahnya oleh pemerintah provinsi. Jadi mungkin akan bersamaan (dengan Cieunteung),” ucapnya.
Sebelumnya, Kepala BBWS Citarum Direktorat Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Yudha Mediawan mengatakan pembangunan kolam retensi di Cieunteung tertunda untuk menunggu penetapan lokasi. “Anggarannya multiyears, sekitar Rp 200 miliar,” katanya, 13 Januari 2016.
Yudha mengatakan di kawasan Cieunteung nanti akan dibangun kolam retensi, mirip danau yang akan dibangun di Gedebage, Kota Bandung. “Luasnya 7 hektare. Yang sudah bebas itu kurang-lebih 1 hektare. Masyarakat di sana sudah pengen cepat-cepat dibebaskan karena capek juga, sehingga bisa dapat uangnya dan beli tanah dan rumah bebas banjir,” ujarnya.
Danau buatan itu dirancang memiliki sedikitnya dua fungsi, yakni pengendalian banjir serta pasokan air baku untuk Kota Bandung. Untuk pengendalian banjir, misalnya, kolam danau yang sehari-hari tidak akan terisi penuh itu akan menjadi tempat penampungan air saat terjadi puncak banjir. “Grafik puncak banjir itu ada puncaknya, banjir itu tidak seterusnya tinggi. Sesaat naik puncak banjir ini dipotong, disimpan dulu di danau itu supaya tidak meluap ke mana-mana,” katanya.
AHMAD FIKRI