TEMPO.CO, Bangkalan - Aparat Reserse Kriminal Kepolisian Resor Bangkalan, Jawa Timur, menangkap dua dari sebelas remaja yang diduga sebagai pelaku pencabulan terhadap gadis di bawah umur berinisial H, 13 tahun.
I, 17 tahun, dan AS, 19 tahun, inisial nama kedua pemuda itu, ditangkap di lokasi yang berbeda. Tersangka AS ditangkap di rumahnya di Desa Moara, Kecamatan Klampis. "Sedangkan I ditangkap di sekolahnya," kata Kepala Bagian Humas Polres Bangkalan Ajun Komsaris Ipung Abdul Muis, Kamis, 18 Februari 2016.
Menurut Ipung, untuk sembilan tersangka lainnya hingga kini masih dalam pencarian. Polisi berhati-hati melakukan penangkapan karena para pelaku pencabulan berasal dari dua kelompok pemuda yang berbeda. "Jangan sampai kabur, apalagi salah tangkap," ujarnya.
Hafid, salah satu tokoh masyarakat yang mendampingi korban H melapor ke polisi menuturkan, pemerkosaan itu terjadi pada 7 Februari 2016. Gadis tamatan sekolah dasar itu diperkosa bergiliran di sebuah gubuk, di puncak bukit yang terletak di perbatasan antara Desa Gempol, Kecamatan Geger; dan Desa Lergunong, Kecamatan Klampis.
Pemerkosaan itu bermula ketika korban H diajak jalan-jalan oleh pacarnya Is, 18 tahun. Menurut Hafid, sesampainya di bukit itulah, H diberi minuman yang kemudian membuat H setengah tak sadarkan diri. "Setelah H tidak sadar, Is memanggil teman-temannya dan kemudian diperkosa bergiliran," katanya.
Menurut Hafid, sejumlah warga di sekitar lokasi pemerkosaan yang curiga karena banyak pemuda turun-naik bukit bergantian, lantas melakukan pengecekan dan mendapati H tengah digilir tiga pemuda. Warga inilah yang kemudian menolong dan mengantarkan korban pulang ke rumahnya. "Kalau tidak kepergok warga, pelakunya bisa lebih dari sebelas orang," ungkapnya.
Sementara itu, tersangka I dan AS tampak tenang saat diperiksa di ruangan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Bangkalan. Bahkan mereka sesekali cengengesan saat ditanya penyidik. "Saya yang ke-9 dan ini (AS) yang ke-10," kata I.
I mengaku yang mengajak dia datang ke bukit itu adalah Is, pacar H. Awalnya dia mengira hanya kongko biasa, tapi sesampainya di lokasi ternyata ada perempuan dengan posisi terlentang, memakai sarung dan baju dengan kondisi kancing sudah terbuka. "Is yang menyingkap sarung cewek itu tiap ada orang datang," katanya.
Soal siapa saja para pelaku, I mengaku tidak saling kenal dengan pelaku lain. "Mungkin mereka teman Is dari desa lain," katanya.
MUSTHOFA BISRI