TEMPO.CO, Bandung - Peristiwa gerhana matahari total dan parsial yang akan melintas di wilayah Indonesia pada Rabu, 9 Maret 2016, bertepatan dengan Hari Raya Nyepi. Ketua Umum Perhimpunan Pemuda Hindu (Peradah) Indonesia Sures Kumar mengatakan peristiwa gerhana itu sangat sakral. “Nyepi jadi istimewa bertepatan dengan gerhana matahari,” katanya kepada Tempo, Selasa, 16 Februari 2016.
Menurut Sures, sejauh ini tidak ada arahan khusus dari pemimpin umat Hindu di Indonesia perihal pelaksanaan Hari Raya Nyepi dan peristiwa gerhana matahari. “Nyepi itu seperti bulan mati atau gelap, menurut kita itu jadi momen yang baik untuk diam di dalam rumah,” ujarnya.
Saat Nyepi, aktivitas umat Hindu umumnya berada di dalam rumah. Misalnya meditasi, merenung untuk introspeksi diri, dan membaca kitab suci. Semua perangkat di dalam rumah dinonaktifkan.
Malam harinya, sebelum Nyepi, sebagian umat memukul kentongan untuk mengusir roh-roh jahat. “Nyepi dimulai lewat tengah malam selama sehari,” kata Sures.
Dengan begitu, ujar Sures, sebagian besar umat Hindu di Indonesia juga tidak melihat proses gerhana matahari di luar rumah. “Biasanya memang tidak ada aktivitas di luar rumah dan suka ada yang melaporkan.”
Seperti biasa, kata ketua berusia 33 tahun tersebut, umat Hindu meminta warga sekitar untuk toleransi agar mereka bisa melaksanakan Hari Raya Nyepi dengan baik.
Pada 9 Maret 2016, sebagian penduduk di wilayah Indonesia bisa melihat terjadinya gerhana matahari total, seperti di Palembang, Pulau Bangka dan Belitung, Palangkaraya, Poso, Luwuk, serta Maba di Maluku Utara. Selebihnya hanya bisa menyaksikan gerhana parsial atau sebagian, itu pun jika langit cerah dari pagi hingga siang hari.
ANWAR SISWADI