TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Andy Eka menyampaikan bahwa 97,4 persen wilayah Indonesia per pekan ini sudah memasuki musim hujan. Dan, dalam tiga hari ke depan, ada potensi curah hujan akan meningkat.
"Curah hujan akan tinggi tiga hari ke depan, namun ada perkiraan tidak setinggi pekan lalu," ujar Andy usai bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla terkait cuaca Indonesia, Selasa, 16 Februari 2016.
Baca: Daerah Lain Banjir, Enam Daerah Ini Justru Kekeringan
Andy menjelaskan, akan tinggi atau tidaknya curah hujan tiga hari ke depan dilihat dari beberapa indikator. Salah satunya adalah MJO (Madden Julian Oscillation), gelombang masa udara barat ke timur dengan siklus 20 hingga 40 hari. Indikator lainnya adalah peruakan dingin atau gelombang masa udara dingin dari utara ke selatan.
Pantaun BMKG, kata Andy, gelombang MJO sudah mulai bergerak ke kuadran (wilayah pantauan) benua maritim atau wilayah tengah ke timur Indonesia. Sementara itu, ruak dingin mulai masuk ke wilayah Indonesia. Jika dua aliran masa udara itu bertemu, terjadi pembentukan awan-awan hujan yang menimbulkan curah hujan tinggi.
Baca: Bekasi Pelajari Penyebab Banjir di KM 34 Tol Cikampek
Kalau pertemuan itu terjadi, maka curah hujan tinggi diperkirakan berada di wilayah Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan Maluku Selatan. Meski begitu, cuaca yang dinamis bisa merubah prediksi ini.
"Kalau misalnya terjadi udara bertekanan rendah di selatan Indonesia, maka awan hujan itu akan tertarik menjauh," ujar Andy lebih lanjut.
Ditanyai kapan Indonesia akan memasuki musim kemarau, Andy memperkirakan musim kemarau akan bermula pada bulan Maret nanti. Namun, kata Andy, bukan berarti hujan akan hilang sepenuhnya. Sebabnya, ada prediksi Indonesia akan kedatangan La Nina.
"Prediksi lembaga luar, La Nina akan datang bulan April atau Mei dan menguat sekitar bulan Juni hingga September. Jadi, ada prediksi kemarau basah," ujarnya lagi.
Baca: Hujan Terus Menerus, Ahok Khawatir Jakarta Akan Tenggelam
La Nina adalah sebuah kondisi dimana terjadi penurunan suhu muka laut di kawasan timur equator Lautan Pasifik. Pada saat terjadi La Nina, angin timur yang bertiup di sepanjang Samudra Pasifik menguat.
Angin yang kencang dari timur membuat massa air hangat yang terbawa semakin banyak ke arah Pasifik Barat. Akibat dari La Nina adalah hujan turun lebih banyak di Samudera Pasifik sebelah barat Australia dan Indonesia.
"Kalau curah hujannya tinggi ya berpotensi banjir. Tapi itu bukan satu-satunya indikator," ujar Andy.
Baca: Seribu Lebih Korban Banjir Solok Selatan Terserang Penyakit
Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangiley mengatakan pihaknya sudah menyiapkan sejumlah rencana untuk menghadapi banjir atau longsor akibat curah hujan yang tinggi. Dana siap pakai pun sudah disebar ke 23 provinsi sebagai antisipasi untuk menghadapi bencana itu.
"Besarnya Rp144,3 miliar. Dibagikan pada tahun lalu karena kalau awal tahun biasanya anggaran daerah belum siap," ujar Willem.
ISTMAN MP