TEMPO.CO, Jakarta - CEO Yayasan BOSF Jamartin Sihite heran dengan penyelundupan 17 orangutan dari Kalimantan ke Jawa Barat melalui bandar udara.
Padahal, katanya, di bandar udara banyak petugas keamanan dan area yang seharusnya sangat steril. "Lolosnya penyelundupan itu menandakan lemahnya pengawasan," katanya pada Kamis, 10 Febuari 2016 di Palangkaraya.
Dari 17 orangutan itu, ada 10 ekor yang saat ini masih berada di Taman Safari Indonesia di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sebanyak 6 ekor orangutan telah dikembalikan ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah dan satu ekor ke Sumatera yang menjadi habitatnya.
Jamartin menjelaskan orangutan adalah makhluk hidup yang besar yang seharusnya dapat terdeteksi jika diberangkatkan melalui bandar udara.
Dia menjelaskan di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng ada sekitar 500 ekor orangutan yang menunggu untuk dilepasliarkan kembali ke hutan di Kalteng.
"Masalah yang dihadapi adalah keterbatasan areal untuk melakukan pelepasliaran," katanya. Kapasitas lokasi pelepasliaran di hutan Lindung Batikap di Kabupatèn Murung Raya saat ini sudah penuh dan hanya biasa menampung sekitar 50 ekor orangutan lagi.
Kepala BKSDA Kalimantan Tengah Nandang Prihadi mengakui saat ini bandara merupakan salah satu pintu keluar penyeludupan orangutan ke luar negeri. Anak buahnya tidak memiliki akses yang leluasa di bandar udara. "Beruntung petugas karantina Bandar soekarno Hatta berhasil menggagalkan penyelundupan ini."
KARANA WW