TEMPO.CO, Malang - Satu diantara warga yang lolos dari maut dalam kecelakaan pesawat latih tempur jenis Super Tucano milik TNI Angkatan Udara adalah Sulaiman, 71 tahun. Rumahnya bertetangga persis dengan kediaman Mujianto dan Erma Wahyuningtyas yang rusak parah dihunjam pesawat baru bikinan pabrikan Embraer Defence and Security, Brazil, itu.
Erma dan seorang lainnya dalam rumah itu bahkan ikut menjadi korban tewas dalam kecelakaan yang terjadi 10 Februari 2016. "Ini mukjizat saya selamat, hanya satu kaca jendela pecah," ujar Sulaiman, ketika ditemui, Kamis 11 Februari 2016.
Sulaiman mengisahkan kalau dia sedang menyeterika baju di rumah ketika terdengar hentakan dan terasa goncangan seperti gempa. Seketika debu mengepul dan ruangan di rumahnya menjadi gelap. "Warga keluar rumah, tak menyangka pesawat jatuh di rumah Pak Mujianto," katanya.
Dia menyaksikan bangunan rumah dua lantai milik tetangganya itu menjadi puing dalam sekejap. Belakangan dia sadar badan pesawat menghunjam ke tanah, hanya terlihat ekor. Badan pesawat tertutup puing bangunan.
Bersama warga lainnya Sulaiman membantu mengevakuasi Erma dan Nurkolis. Dia sempat mengulurkan sarung untuk membungkus jasad Erma. Menurutnya, tubuh Erma terempas hingga membentur tembok.
Rentetan kejadian berikutnya adalah petugas yang berusaha mengangkat bangkai pesawat dengan derek namun tak berhasil. Lantas didatangkan eskavator dengan merobohkan rumah Mujianto. Proses pengangkatan dikerjakan secara non stop. "Bagian pesawat sebesar mobil berhasil diangkat jam 12 malam," katanya.
Lantas Kamis pagi, petugas mengangkut bangkai Super Tucano menuju Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh. Saat proses pengangkatan seluruh jalan keluar masuk sempat ditutup total, termasuk gang menuju rumah Sulaiman.
Dia sempat terjebak beberapa jam di dalam rumah. Tak bisa keluar rumah karena alasan keamanan. Bahkan saat subuh, dia sempat diusir oleh petugas polisi yang berjaga. "Setelah saya jelaskan rumah saya, diizinkan masuk,” ujarnya.
EKO WIDIANTO