TEMPO.CO, Sukoharjo - Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki, Sukoharjo, mengirimkan surat peringatan dan klarifikasi ke Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Kamis, 11 Februari 2016. Mereka memprotes pernyataan BNPT yang menyebut pesantren tersebut mengajarkan paham radikal.
Direktur Pesantren Al Mukmin Wahyudin menyebutkan bahwa tudingan tersebut merupakan fitnah yang bisa membuat resah masyarakat. "Kami sangat keberatan dengan tudingan itu sehingga mengirim surat tadzkiroh (peringatan) ini," katanya. Padahal, pesantrennya menggunakan kurikulum dasar yang bersumber dari Kementerian Agama.
Pondok Pesantren Al Mukmin juga merupakan lembaga pendidikan yang telah terdaftar resmi oleh pemerintah. Selain itu, hubungan dengan lembaga lain juga terjalin dengan baik, termasuk lembaga pemerintahan, militer, dan kepolisian. "Sebenarnya kami tidak ingin menanggapi tudingan tersebut," kata Wahyudin.
Dia khawatir tanggapan terhadap pernyataan Kepala BNPT Saud Usman Nasution itu justru akan menimbulkan kegaduhan. "Namun akhirnya harus kami tanggapi sebagai rasa tanggung jawab terhadap wali murid," katanya.
Meski demikian, Wahyudin menyebut bahwa pihaknya tidak mengajukan tuntutan dalam surat peringatan tersebut, termasuk permintaan pencabutan pernyataan. "Ini bukan somasi," katanya. Hanya saja dia meminta agar BNPT bisa bekerja secara profesional, jujur, dan adil.
Salah satu warga Solo, Muhammad Taufik, juga yakin bahwa pesantren itu tidak mengajarkan paham radikal. "Salah satu anak saya pernah mondok di sini," kata pengacara tersebut. Menurut dia, Pesantren Al Mukmin mampu memberikan pendidikan yang baik sehingga anaknya diterima di salah satu perguruan tinggi negeri.
"Pernyataan bahwa pesantren ini mengajarkan paham radikal hanya omong kosong," katanya. Dia berharap BNPT melakukan kajian mendalam sebelum mengeluarkan pernyataan yang bersifat tuduhan.
Pekan lalu, Saud mengatakan telah memegang 19 nama pesantren berpaham radikal yang berkaitan dengan figur teroris. Tiga dari 19 nama pesantren itu adalah Ngruki di Solo, Al-Ikhlash di Lamongan, serta Missi Islam di Jakarta.
AHMAD RAFIQ