TEMPO.CO, Tangerang - Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang meminta Kementerian Kesehatan mengirim tenaga ahli untuk meneliti nyamuk penyebar virus demam berdarah di Kabupaten Tangerang. Diduga nyamuk telah kebal (resisten) terhadap obat fogging yang selama ini digunakan. "Kami meminta agar dilakukan penelitian untuk membuktikan nyamuk di sini sudah mutasi gen," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Naniek Isnaneni kepada Tempo, Rabu, 10 Februari 2016.
Naniek menduga obat fogging jenis aspasida dan melation yang selama ini digunakan sudah tak mampu lagi membunuh nyamuk Aedes Aegypti di Kabupaten Tangerang. Indikasinya, program fogging yang dilakukan selama ini tampak tanpa hasil.
Nyamuk Aedes Aegypti (AP/USDA)
Selain jumlah kasus melonjak tajam, menurut Naniek, wilayah endemis demam berdarah dengue (DBD) tahun ini meluas. Sebelumnya, Dinas fokus melakukan penanganan dan pengendalian DBD di delapan kecamatan yang jumlah kasusnya tinggi, seperti Tigaraksa, Cikupa, Balaraja, Curug, Pasar Kemis, Kota Bumi, Kelapa Dua, dan Kesehatan. "Pada tahun ini kasus tertinggi justru terjadi di wilayah Sindang Jaya dan Panongan," katanya.
Baca: Enam Meninggal dalam Sebulan, Bekasi Waspada Demam Berdarah
Sepanjang 2016 ini, kasus DBD telah merenggut 15 nyawa warga Kabupaten Tangerang dan menjangkiti 435 orang hanya dalam waktu dua bulan. Jika dibandingkan tahun lalu yang berjumlah 347 kasus, pada tahun 2016 ini terjadi lonjakan yang sangat tinggi.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, kata Naniek, juga meminta bantuan back up bahan obat fogging kepada Provinsi Banten dan pemerintah pusat untuk program pengasapan di wilayah endemis DBD. "Harus dilakukan dua kali penyemprotan fogging," katanya.
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mengatakan telah melakukan perubahan standar operasional prosedur fogging untuk mencegah resistensi nyamuk. Jika sebelumnya fogging kerap dilakukan warga, kini fogging dilakukan hanya pada wilayah yang ditemukan positif DBD. "Selain membuat nyamuk kebal, obat fogging adalah racun yang berbahaya untuk manusia dan lingkungan," kata Zaki.
JONIANSYAH