TEMPO.CO, Makassar - Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo digadang-gadang menjadi orang nomor satu di Partai Golkar dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) yang beberapa pekan lagi digelar.
Syahrul, yang kini menjabat Ketua Golkar Sulawesi Selatan, dianggap netral dalam konflik Partai Golkar antara kubu Aburizal Bakri dan Agung Laksono.
"Keuntungan Pak Syahrul maju di Munaslub karena tidak pernah berpihak di salah satu kubu, baik Munas Bali maupun Munas Ancol," ujar Wakil Ketua Golkar Sulawesi Selatan Arfandy Idris pada Selasa, 9 Februari 2016.
Menurut Arfandy, sikap netral Syahrul dapat menjadi modal untuk mencari dukungan suara ke dewan pimpinan daerah tingkat I dan dewan pimpinan daerah tingkat II se-Indonesia, termasuk di Sulawesi Selatan dan kawasan Timur Indonesia.
"Kalau di Golkar Sulawesi Selatan kami sudah solid mendukung Pak Syahrul untuk maju di Munaslub. Sisa di luar Sulawesi yang nanti akan digarap," kata Arfandy, salah satu orang dekat Syahrul.
Arfandy menjelaskan Syahrul belum membentuk tim pemenangan karena harus melihat kondisi di lapangan terlebih dulu. Mulai panitia penyelenggara Munaslub hingga sokongan suara dari DPD-DPD di luar Sulawesi.
"Kami liat kondisi di lapangan lebih dulu. Apakah banyak yang menginginkan Pak SYL atau malah sebaliknya," katanya.
Peneliti Madya Bidang Kepakaran Komunikasi Politik LIPI Sulawesi Selatan, Rukman Pala, berpendapat figur Syahrul layak menjadi calon ketua umum Partai Golkar. Sebab, Syahrul tak pernah berpihak pada salah satu kubu.
"Golkar membutuhkan sosok seperti Pak Syahrul. Dia tak memiliki kepentingan di Aburizal Bakrie dan Agung Laksono kendati dia hanya tokoh lokal," ucapnya.
Untuk maju di Munaslub itu, Rukman menambahkan, Syahrul harus melakukan lobi-lobi politik kepada pemilik suara. Tidak hanya di Sulawesi Selatan, tapi juga di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Sebab, suara yang dibutuhkan untuk maju di Munaslub tersebut sekitar 500 suara.
ARDIANSYAH RAZAK BAKRI