TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia merupakan negara penghasil sampah plastik di laut terbesar kedua di dunia. Sampah plastik yang disumbang Indonesia sebanyak 187,2 juta ton.
"Nilai ini hanya satu peringkat di bawah Cina, yang total sampahnya 262,9 juta ton," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tuti Hendrawati Mintarsih di Jakarta, Selasa, 9 Februari 2016.
Menurut Tuti, jika saat ini tidak ada intervensi dalam pengelolaan sampah, pada 2020, diperkirakan jumlah plastik akan sama dengan jumlah ikan di laut. Bahkan sampah itu dapat menutupi permukaan seluruh Kota Bandung.
Karena itu, ujar Tuti, Indonesia perlu meningkatkan penelitian dan teknologi untuk mengurai sampah plastik. Antara lain mendorong pembuatan plastik yang mudah terurai. Sebab, plastik yang saat ini beredar di pasar baru dapat terurai dalam waktu lama.
Di dalam negeri sebenarnya sudah dibuat plastik yang dibuat dari tepung tapioka. Plastik ini, menurut Tuti, lebih cepat terurai. Selain itu, di luar negeri, banyak plastik yang terbuat dari bahan organik yang mudah terurai. "Kita butuh teknologi untuk mendapatkan yang ramah lingkungan," ujarnya.
Selain itu, untuk menurunkan penggunaan plastik, Kementerian menggalakkan program plastik berbayar, yang akan mulai diujicobakan pada Minggu, 21 Februari 2016. Tujuannya, agar konsumen berpikir dua kali dalam menggunakan plastik dan membawa sendiri kantongnya.
Saat ini Kementerian masih membicarakan mekanisme pelaksanaannya. Harga per plastik juga masih dibicarakan dengan Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia, Kementerian Perdagangan, dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. Untuk harga dari Kementerian ditawarkan Rp 500.
MAWARDAH NUR HANIFIYANI