TEMPO.CO, Pangkalpinang - Banjir kiriman dari wilayah Bangka Tengah dan Bangka Barat ke Kota Pangkalpinang membuat ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tersebut tergenang air. Ketinggian air hingga malam ini mencapai satu hingga tiga meter. Hal tersebut membuat ribuan masyarakat harus dievakuasi ke rumah dinas Wali Kota Pangkalpinang Muhammad Irwansyah yang dijadikan posko sementara.
"Datangnya air tidak kita sangka. Dalam waktu singkat air sudah setinggi dada orang dewasa. Tak banyak perabotan rumah yang bisa kita selamatkan. Yang lain terendam semua," ujar Syaiful, warga Pelipur Kecamatan Rawa Bangun Kota Pangkalpinang, Senin malam, 8 Februari 2016.
Syaiful mengaku memilih mengungsi ke posko di rumah dinas Wali Kota Pangkalpinang dan sesekali kembali ke rumah untuk melihat barang-barang di rumahnya agar tidak hilang.
"Baju saya tinggal di badan inilah. Basah pula. Istri dan anak saya ungsikan di rumah saudara di kampung bukit yang belum terkena banjir, sementara saya pilih di posko agar bisa memantau barang di rumah siapa tahu ada pencuri," ujarnya.
Wakil Gubernur Bangka Belitung Hidayat Arsani yang turun langsung mengevakuasi warga mengatakan musibah ini merupakan yang terbesar dalam kurun waktu 30 tahun. Hal ini karena hampir seluruh wilayah Pulau Bangka tergenang air.
"Saat ini kita melakukan tindakan penyelamatan cepat. Warga yang masih bisa tertolong kita evakuasi ke tempat yang lebih layak. Sedangkan warga yang masih tertahan di rumah sementara waktu diantarkan makanan, pakaian, dan selimut," ujarnya.
Hidayat mengatakan semua armada dikerahkan untuk membantu masyarakat yang daerah terjadi banjir. Namun ia mengakui jika proses evakuasi dan penyelamatan masih tersendat karena hampir semua akses jalan terputus.
"Saat ini armada yang efektif menyelamatkan warga hanya perahu karet dan kapal nelayan. Untuk jalur darat hampir tidak mungkin karena tidak ada jalan masuk ke lokasi. Tapi kita tidak putus asa. Semua upaya dilakukan agar masyarakat selamat," katanya.
SERVIO MARANDA