TEMPO.CO, Yogyakarta - Virus Zika yang menakutkan penduduk dunia saat ini belum ada penangkalnya. Tapi koordinator riset Eliminate Dengue Project (EDP) Universitas Gadjah Mada (UGM), Adi Utarini, menyatakan ada kemungkinan teknologi milik lembaganya bisa mematikan pertumbuhan virus Zika di tubuh nyamuk Aedes aegypti.
Dugaan itu telah diumumkan Elimintae Dengue Project (EDP) Global, lembaga internasional berpusat di Australia yang membawahi EDP UGM, pada pekan ini. "Informasi itu berdasar riset sebuah disertasi di Universitas Monash, Australia," kata Adi akhir pekan lalu.
Selama ini, EDP Global bersama lembaga riset lain bawahannya di Indonesia, Vietnam, Brasil, dan Kolombia mengembangkan penelitian rekayasa biologis untuk melenyapkan virus dengue, yang menjadi penyebab demam berdarah, di tubuh Aedes aegypti. Caranya, memasukkan bakteri wolbachia ke tubuh Aedes aegypti. Bakteri ini terbukti mampu mematikan pertumbuhan virus dengue dan cikungunya di tubuh nyamuk.
Adi menilai teknologi itu menjanjikan karena penerapannya punya dampak berkelanjutan. Sebabnya, Aedes aegypti indukan pembawa wolbachia bisa memiliki keturunan yang secara otomatis mengandung bakteri yang sama. Dengan begitu, menurut Adi, populasi Aedes aegypti di suatu wilayah bisa dipengaruhi agar didominasi nyamuk pemilik wolbachia.
Adi menjelaskan, dalam waktu dekat, EDP Global akan mengumumkan hasil uji laboratorium yang memastikan dugaan wolbachia juga efektif meredam Zika. Jika benar, cara yang sama bisa dengan cepat diadopsi oleh EDP UGM.
Dia mengaku setelah merebak isu ancaman Zika di banyak negara, masyarakat di empat lokasi penelitian lembaganya juga resah. "Staf kami di lapangan sering menerima pertanyaan terkait dengan Zika dari warga," ucapnya.
Karena itu, Adi berharap bisa segera mengetahui kepastian dugaan wolbachia bisa mematikan Zika di tubuh Aedes aegypti. "Apalagi, pada Juli 2016, kami akan menggelar penelitian di 40 persen wilayah Kota Yogyakarta" ujar dia.
Ancaman Zika membuat ketar-ketir banyak negara di wilayah tropis dan subtropis setelah muncul dugaan virus ini menyebabnya ribuan bayi di Brazil menderita microchepaly. Wabah ini juga menyedot perhatian Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kementerian Kesehatan pun telah mengumumkan kewaspadaan terhadap Zika di Indonesia.
Alarm waspada Zika juga ikut berbunyi di Rumah Sakit Umum Pusat Sardjito yang selama ini menjadi rujukan pasien deman berdarah dengan kondisi kritis. Juru bicara RSUP Sardjito, Tresno Heru Nugroho, menyatakan ancaman Zika tak bisa dianggap sepele. "Vektornya sama dengan dengue. Kami otomatis ikut memantau kondisi darah semua pasien demam berdarah di sini," ucapnya.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM