TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Bidang Komunikasi sekaligus juru bicara Presiden, Johan Budi Sapto Pribowo, membantah kabar bahwa pihak istana yang menawari penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan, posisi di Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Tidak benar. Justru presiden tegas mengatakan bahwa penyelesaian kasus Novel Baswedan tanpa embel-embel atau syarat apapun di luar mekanisme yang dibenarkan secara hukum,” ujar Johan yang juga mantan Pelaksana Tugas Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tersebut, Minggu, 7 Februari 2016.
Menurut kuasa hukum Novel Baswedan, Muji Kartika Rahayu, penawaran untuk berkarier di BUMN itu datang seminggu yang lalu. Muji berujar, penawaran tersebut datang melalui pimpinan KPK. Oa sendiri tidak tahu persis siapa yang menginisiasi dan maksud tawaran itu. Namun, pesan itu diteruskan oleh pemimpin KPK kepada Novel.
Menurut Muji, bisa jadi tawaran itu terkait dengan barter penyelesaian kriminalisasi yang tengah melilit penyidik aktif Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tersebut. Muji membenarkan jika Novel sempat ditawari opsi penyelesaian kasusnya asalkan Novel mau keluar dari KPK. “Tapi tanpa tawar-tawaran pindah ke BUMN,” kata dia.
“Jika itu benar, membuktikan bahwa kasus Novel Baswedan meamng bukan kasus hukum, melainkan kasus politik,” tutur Muji. Novel pun menolak dengan tegas tawaran tersebut.
Novel dibelit kasus penembakan tersangka pencurian sarang burung walet pada 2004. Novel, yang ketika itu menjabat Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Bengkulu, ditetapkan sebagai tersangka meskipun bukan ia yang menembak.
Tuduhan itu mencuat pada 2012, delapan tahun setelah kejadian tersebut berlalu. Saat itu KPK menyidik kasus korupsi yang menjerat Kepala Korps Lalu Lintas Inspektur Jenderal Djoko Susilo. Kasus itu sempat mereda setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono turun tangan, tapi kembali diungkit saat KPK menetapkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai tersangka pada awal tahun lalu.
Wakil Ketua KPK Saut Situmorang tak menjawab dengan tegas soal tawaran buat Novel itu. “Bukan tawar-menawar, melainkan solusi atau alternatif terbaik untuk mengatasi masalah yang berlarut-larut karena perbedaan alur pikir memerangi orang jahat di masa lalu,” ujarnya melalui pesan pendek pada Minggu, 7 Februari 2016.
BAGUS PRASETIYO