TEMPO.CO, Bangkalan - Terus menurunnya jumlah penumpang yang menggunakan jasa kapal penyeberangan dari Dermaga Kamal, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, membuat PT ASDP Kamal merugi rata-rata Rp 500 juta per bulan.
Supervisor PT ASDP Kamal Agusman mengatakan kerugian itu disebabkan oleh tidak seimbangnya antara pemasukan dan biaya operasional tiga armada kapal yang dioperasikan saat ini. "Kerugian kami lebih dari Rp 200 juta, sekitar Rp 500 juta per bulan," katanya, Jumat, 5 Februari 2016.
Agusman tidak merinci berapa banyak bahan bakar yang dihabiskan untuk pengoperasian tiga kapal penyeberangan di Dermaga Kamal saat ini. Namun kapal kecil, seperti KMP Tongkol, menghabiskan rata-rata 20 ton solar per bulan. "Kalau kapal besar, lebih dari itu," ujarnya.
Jumlah penumpang, menurut Agusman, terus merosot. Data dalam empat bulan terakhir atau setelah roda dua digratiskan melintasi Jembatan Suramadu, penurunan jumlah penumpang, baik orang maupun kendaraan, mencapai rata-rata 40 persen.
Agusman bercerita, saat baru masuk ASDP Kamal pada Oktober 2015, tercatat jumlah penumpang pejalan kaki mencapai 2.000 orang per hari, sedangkan roda dua 1.500 unit per hari dan roda empat 75 unit per hari.
Angka ini terus merosot dalam tiga bulan terakhir, yaitu November dan Desember 2015 hingga Januari 2016. Jumlah penumpang pejalan kaki menjadi 1.500 orang per hari dan roda dua menjadi 1.000 unit per hari.
Baca: Tarif Suramadu Turun, DPRD Bangkalan Kecewa
Agusman berujar 80 persen pengguna kapal penyeberangan saat ini didominasi warga Kecamatan Kamal, yang bekerja atau memiliki usaha di Surabaya. "Kalau tarif Suramadu diturunkan 50 persen, kami prediksi jumlah penumpang akan semakin berkurang."
Untuk menekan kerugian itu, Agusman berharap pemerintah memberikan subsidi bahan bakar kepada ASDP Kamal. "Kami tidak mungkin menurunkan tarif, sudah sangat murah untuk usaha penyeberangan," tuturnya.
Seorang pedagang asongan warga Kecamatan Kamal, Abdul Razak, berharap penyeberangan Ujung-Kamal tidak sampai ditutup lantaran sepi penumpang. Meski sepi, Razak tetap bertahan berjualan asongan di Pelabuhan Kamal. "Kalau sampai ditutup, mau kerja apa lagi orang seperti saya?" ucapnya.
MUSTHOFA BISRI