TEMPO.CO, Jakarta - Kolam di ruang publik baru Teras Cikapundung berisi ikan-ikan yang telah langka di Sungai Cikapundung. Pengelola tempat itu mencari benih ikan sungai dari sejumlah daerah di Indonesia. Antara lain berasal dari Sukabumi, Subang, Cirebon, Kalimantan, dan Yogyakarta.
Menurut Sekretaris Komunitas Cikapundung, Aqli Syahbana, jenis ikan yang langka dan terancam punah di Sungai Cikapundung tersebut di antaranya kehkel, beunteur, bader, kancra, tawes, nilem, dan sepat. Kelompok yang biasa membersihkan sampah Sungai Cikapundung dari daerah Batu Lonceng hingga Babakan Siliwangi itu ikut terlibat dalam pengelolaan dan pemeliharaan Teras Cikapundung bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, yang membangun tempat itu bersama Pemerintah Kota Bandung. “Jumlah total ikannya sekitar 250 ribu ekor,” ujarnya kepada Tempo di lokasi.
Ikan-ikan tersebut rencananya akan dilepaskan secara bertahap ke sungai di sekitar area Teras Cikapundung setelah berumur sekitar 3 bulan. Saat ini ikan-ikan itu ditempatkan di kolam yang dihiasi patung tujuh ekor kura-kura. Nantinya, agar ikan-ikan tersebut tidak mengalir jauh ke hilir, akan dipasang bendungan.
Anggota lain komunitas itu, Nusep Supriadi, mengatakan, sejak 2005, beberapa jenis ikan, seperti bader, beunteur, dan kehkel, sudah sulit ditemukan di Sungai Cikapundung. Sebagian diketahuinya menjadi ikan buruan karena dagingnya terasa enak.
Petugas Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air BBWS Citarum, Yayat Yuliana, mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan akademikus kampus sekitar untuk membangun bendungan yang layak menjaga populasi ikan sungai tersebut di sekitar area Teras Cikapundung. Selain itu, pihaknya dan komunitas sepanjang aliran Sungai Cikapundung dari Batu Lonceng hingga Dayeuh Kolot menargetkan peningkatan kualitas air sungai hingga 2018. “Kami berfokus pada satu segmen itu saja dulu dengan kerja sama semua pihak, termasuk pemerintah daerah,” ujarnya.
ANWAR SISWADI