TEMPO.CO, Surabaya - Gelombang tambahan warga eks anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dipulangkan dari Mempawah, Kalimantan Barat, ke Jawa Timur terjadi pada Jumat malam ini, 5 Februari 2016. Sebanyak 20 jiwa dijemput di Jakarta karena menyatu dengan kelompok yang diangkut menggunakan kapal laut tujuan Pelabuhan Tanjung Priok.
"Ini sedang kami jemput dan kami sudah informasikan ke pemerintah kota dan kabupaten untuk menjemputnya (sesampainya di Surabaya)," kata Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf, Jumat 5 Februari 2016.
Gus Ipul, sapaan Syaifullah, menjelaskan, ke-20 warganya itu berasal dari lima daerah. Mereka tersebar di Kota Surabaya berjumlah empat orang (satu kepala keluarga), Kabupaten Sidoarjo berjumlah enam orang (satu kepala keluarga), Kabupaten Ngawi berjumlah lima orang (satu kepala keluarga), Kabupaten Malang berjumlah tiga orang (satu kepala keluarga), dan Kabupaten Gresik berjumlah dua orang (satu kepala keluarga).
Sebanyak 20 orang itu meneruskan perjalanan dari Tanjung Priok dengan bus. Mereka diperkirakan sampai di penampungan sementara di Surabaya Jumat malam ini. "Mereka semua akan diserahkan kepada kota dan kabupaten nanti setelah di Surabaya," ujarnya.
Gus Ipul menyatakan bahwa kelompok ini adalah yang terakhir terkait pemulangan warga anggota Gafatar. Tetapi, jika memang masih ada, pemerintah provinsi akan siap menjemput. "Kami akan selalu siap menjemput warga kami yang dipulangkan," katanya.
Sebelumnya, sebanyak 772 mantan anggota Gafatar asal Jawa Timur telah dipulangkan. Mereka dijemput oleh pemerintah kota dan kabupaten masing-masing daerah setelah dikumpulkan di Asrama Transito, Surabaya.
Dengan tambahan 20 orang pada malam ini, jumlah mereka seluruhnya menjadi 792 orang. Angka ini sesuai dengan keterangan yang pernah disampaikan mantan 'Gubernur' Gafatar Jawa Timur, Supardan. "Kalau tidak ada ramai-ramai kasus ini (penolakan warga dan pemulangan oleh pemerintah), mestinya ada 500-an lainnya yang berangkat menyusul (ke Mempawah) Januari lalu," kata dia ketika ditemui di rumah keponakannya di Sidoarjo.
EDWIN FAJERIAL