TEMPO.CO, Subang - Wabah demam berdarah di Subang, Jawa Barat, sepanjang pertengahan Januari hingga awal Februari 2016, telah menjangkiti 97 orang. Satu orang di antaranya meninggal dunia.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Elita Budiarti mengatakan serangan demam berdarah saat itu memang tertinggi dan kemungkinan hingga pertengahan Februari.
Ia membandingkan serangan DBD pada tahun lalu yang memakan korban hingga 91 orang. "Artinya, serangan DBD tahun ini lebih masif," kata Elita kepada Tempo, Kamis, 4 Januari 2016.
Meski serangan DBD sudah dinilai serius, Elita belum mau menetapkannya sebagai peristiwa kejadian luar biasa. Dia akan terus berupaya mengantisipasinya supaya serangan demam berdarah yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti itu tidak semakin meluas.
Ia berharap warga melakukan upaya pencegahan dini dengan tindakan M3 plus, yakni menguras, menutup, dan mengubur, serta membudayakan hidup sehat di lingkungan keluarga dan lingkungan sosial di sekelilingnya. "Caranya kan sederhana, tapi hasilnya jitu," kata Elita.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan Maxi mengatakan, meski intensitas serangan demam berdarah tersebut menunjukkan kenaikan jumlah, dia mengaku penanganannya masih terkendali.
Maxi menambahkan pengendalian serangan DBD, selain dilakukan dengan 3M plus, telah dilakukan dengan cara fogging atau pengasapan. Namun upaya fogging dinilainya kurang efektif karena tak sampai membunuh sampai jentiknya. "Yang paling efektif ya dengan 3M plus itu," ia menegaskan.
Menurut Maxi, daerah serangan "nyamuk kota" tersebut paling banyak menerpa warga Kecamatan Pagaden, Pagaden Barat, Cipunagara, dan Cisalak. Bukan cuma serangan demam berdarah, melainkan pada musim puncak hujan juga dibayangi serangan diare.
Kardilan, Ketua RW Sukamelang, Kelurahan Sukamelang, mengatakan di lingkungannya saja tercatat ada delapan orang yang sudah terserang demam berdarah. "Kebanyakan usia balita," ujarnya. Ia mengaku sudah mengajukan tindakan pengasapan kepada pihak dinas kesehatan.
Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medis Rumah Sakit Ciereng Dwinan Merchyawati mengatakan jumlah pasien demam berdarah yang menjalani rawat inap terus menunjukkan peningkatan. "Sehari bisa sampai 20 orang bahkan lebih. Terus terang kami pun kewalahan," katanya. Tak heran kalau di antara pasiennya ada yang menjalani rawat inap di lorong ruang IGD.
NANANG SUTISNA