TEMPO.CO, Jombang - Koreksi sejumlah besar data penderita demam berdarah dengue (DBD) terjadi di Jombang, Jawa Timur. Ralat dilakukan rumah sakit dan pemerintahan.
Untuk rumah sakit dilakukan Rumah Sakit Kristen (RSK) Mojowarno. Mereka meralat jumlah penderita DBD yang sebelumnya disebutkan mencapai 215 orang dengan korban meninggal 2 orang.
“Setelah kami teliti, ternyata dari 215 itu, yang memenuhi kriteria DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) atau DBD hanya 35 orang dan sisanya suspect atau terduga DF (Dengue Fever),” kata Direktur RSK Mojowarno Prijambodo Tjatur Adi, Rabu, 3 Februari 2016.
Data sebelumnya diungkap Kepala Bagian Umum RSK Mojowarno Sunnu Hastuti. Dia memastikan 215 orang yang didominasi anak-anak dan balita itu murni pasien RSK atau rujukan dari Puskesmas, bukan RS lain, termasuk RSUD Jombang. “Dari RSUD tidak ke sini,” kata Sunnu.
Dinas Kesehatan Jombang juga memperbarui data jumlah penderita DBD sejak 1 Januari sampai 3 Februari 2016. "Sampai siang ini laporan yang masuk ke kami 466 orang. Namun, setelah diklarifikasi, yang memenuhi kriteria DBD itu 250 orang dengan kematian tetap 8 orang," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Jombang Mas Imam Ali Affandi kepada wartawan.
Soal 2 pasien RSK Mojowarno yang disebut meninggal akibat DBD, menurut dia, setelah diklarifikasi juga bukan akibat DBD. "Kami sudah klarifikasi ke Direktur RSK," katanya.
Imam mengatakan 466 orang yang dilaporkan itu terdiri atas pasien yang hanya suspect atau terduga infeksi virus Dengue sampai positif DBD serta Dengue Shock Syndrome atau sindrom syok yang terjadi pada penderita DBD. Namun yang positif DBD sebanyak 250 orang.
Data tersebut merupakan data warga Jombang yang dirawat di enam rumah sakit di Jombang dan satu rumah sakit di Mojokerto. Enam rumah sakit di Jombang adalah RSUD Jombang, RS Muhammadiyah Jombang, RS Pelengkap Jombang, Rumah Sakit Islam (RSI) Jombang, RS Muslimat Jombang, dan RSK Mojowarno. Adapun satu rumah sakit di Mojokerto adalah RSI Sakinah. Dinas Kesehatan masih mengumpulkan data di lima rumah sakit lain di Jombang.
Imam mengingatkan bahwa ada beberapa jenis atau tahapan sebelum seseorang dinyatakan positif DBD. Menurut dia, sering kali status yang masih suspect atau terduga sudah dikategorikan DBD. "Kami perlu mengklarifikasi karena untuk menentukan DB itu harus memenuhi kriteria pemeriksaan klinis atau laboratorium," katanya.
Kadang baru sekali dilakukan pemeriksaan sudah didiagnosis DB meski trombositnya turun dan hemoglobin meningkat. "Ketika itu dilaporkan DB, kami harus mengklarifikasi apakah betul DB, atau DB Dengue, atau mungkin demam yang tidak diketahui penyebabnya," ujarnya.
ISHOMUDDIN